Alasan mengapa personil keamanan baru naik di Jeddah menurut Solikin karena di perairan sebelumnya masih berkeliaran pasukan NATO. Jadi tidak membutuhkan pengamanan yang menetap di kapal. Jalur menuju Salalah, Oman dari Jeddah menurut Solikin memang rawan dengan bajak laut Somalia.
"Memang di situ area rawan bajak laut Somalia. Ada daerah yag ditetapkan sebagai daerah rawan dari pelayaran Belfast, salah satunya itu dan Selat Malaka. Tidak semua daerah rawan. Di IMO ditetapkan," ujar Solikin.
Benar saja, saat menuju Salalah, banyak kapal-kapal yang melakukan pendekatan, yang diduga bahwa mereka adalah bajak laut.
Kapal-kapal itu datang pada malam hari dan mengitari Portlink Zero. "Bahkan ada kapal besar datang dari kejauhan dengan kecepatan tinggi, ia matiin lampu dan nyalakan lampu saat mau mendekat," kata Solikin.
Namun tidak ada yang benar-benar menaiki kapal atau betul-betul dekat. "Mungkin mereka sudah melihat hardening kapal dari kejauhan," kata Solikin. "Atau mungkin mereka sudah melihat bahwa ini kapal penumpang yang tidak banyak harta karun," lanjutnya.
Pelabuhan demi pelabuhan pun disinggahi. Setelah Salalah ada Mumbai, Belawan, Skupang, dan berakhir di Tanjung Priok. Setelah sampai, kemudian kapal itu disesuaikan dengan daerah tropis. Penghangat ruangan diganti menjadi AC, mengganti karpet, menambahkan sofa, dan penyesuaian lainya. Total pelayaran itu pun memakan waktu selama empat bulan.
Stela Caledonia sendiri merupakan kapal tahun 80-an. Walaupun umurnya sudah cukup tua, sebuah kapal tidak mengenal yang namanya umur menurut Solikin. Asalkan ia mengikuti Compliant Standard, replating secara berkala, dan peremajaan lainya. Sejarah juga mencatat bahwa Stela Caledonia adalah kapal yang monumental.
"Kapal ini dibangun di galangan kapal Titanic. Ia satu tempat pembangunan. Jadi kapal ini pun dulu menjadi kebanggaan orang sana. Sampai di sampingnya ada Museum Titanic."