Baca Juga: Apa Arti Tanda-Tanda yang Berada di Sebuah Landasan Penerbangan?
Baca Juga: Mengapa Pesawat Komersial Tak Menyediakan Parasut untuk Penumpangnya?
Kini trike berubah menjadi glider yang meluncur mendekati airstrip. Landing memang lebih sulit dan lebih beresiko dibandingkan take off. Saat take off, pilot punya alternatif untuk membatalkan. Namun ketika landing –hanya ada satu kesempatan– pilot tak ada alternatif lain.
Namun, justru di saat mendebarkan itu kami sedikit bertingkah dengan mencoba mematikan mesin dan menyulap sibar ini menjadi pesawat layang.
Seketika suasana senyap.
Saya lagi-lagi menitipkan separuh napas ini kepada Edgar, sembari berharap tidak ada angin yang mengacaukan arah pendaratan.
Sang pilot berusaha menstabilkan posisi trike dan menjaga sudut aman untuk mendarat. Beberapa detik kemudian roda-roda belakang mulai menyentuh landasan.Brak!
Kami merindukan gerak serupa untuk roda depan. Sibar bermesin ini meluncur kencang di landasan dan berhenti dengan sempurna.
Dalam beberapa puluh meter kami meluncur sepanjang landasan dan akhirnya berhenti. Sambil melepas helmnya, Edgar berkelakar kepada saya, “Boys only dream, but man really fly.”