Dampak Bencana dan Perubahan Iklim terhadap Kaum Perempuan Sejagad

By National Geographic Indonesia, Selasa, 6 April 2021 | 09:00 WIB
Porter perempuan hanya diperbolehkan membawa beban seberat 15 kilogram. (Jeff Heimsath/National Geographic)

Jika Anda berpikir yang terkena dampak paling parah dari perubahan iklim, itu tak sepenuhnya benar. Secara global, perempuan cenderung mengalami kemiskinan dan lebih sedikit punya kekuatan sosial-ekonomi dibanding pria. Hal inilah yang membuat perempuan cenderung lebih sulit pulih dari bencana yang mempengaruhi insfrastuktur, lapangan kerja, dan perumahan.

Salah satu contohnya adalah badai Katarina di Amerika Serikat pada 2005. Pihak yang paling merasakan dampaknya adalah perempuan Amerika-Afrika saat terjadi banjir di Louisiana. Saat permukaan laut naik dan menyebabkan banjir, kota-kota dataran rendah seperti New Orleans semakin berisiko.

Asia, ibu berusia 14 tahun, menyeka bayi perempuannya, sementara anaknya yang berusia 2 tahun bermain di sampingnya. (Stephanie Sinclair)

"Di New Orleans, ada kemiskinan yang jauh lebih tinggi di antara populasi Amerika-Afrika sebelum badai Katrina," kata Jacquelyn Litt, profesor kajian perempuan dan gender di Rutgers University, AS.

"Lebih dari separuh keluarga miskin di kota tersebut dikepalai oleh ibu tunggal," imbuhnya. Litt menambahkan, para perempuan tersebut umumnya bergantung pada jaringan masyarakat untuk bertahan hidup. Saat badai datang, kerusakan mengikis jaringan tersebut.

"Ini menempatkan perempuan dan anak-anak mereka pada risiko yang jauh lebih besar," kata Litt. Selain itu, saat terjadi bencana, biasanya tempat penampungan darurat tidak cukup dilengkapi fasilitas pendukung untuk perempuan. Contohnya fasilitas sanitasi.