Dampak Bencana dan Perubahan Iklim terhadap Kaum Perempuan Sejagad

By National Geographic Indonesia, Selasa, 6 April 2021 | 09:00 WIB
Porter perempuan hanya diperbolehkan membawa beban seberat 15 kilogram. (Jeff Heimsath/National Geographic)

Ditambah lagi, tempat penampungan yang biasanya tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan juga meningkatkan insiden kekerasan terhadap perempuan. Di antaranya adalah kekerasan seksual hingga berebut untuk makanan.

Perubahan iklim juga kita ketahui sebagai salah satu pemicu banyaknya bencana alam yang terjadi. Tenyata, saat bencana alam pun, jumlah perempuan yang bertahan lebih sedikit dibanding laki-laki.

Baca Juga: Bukan Perburuan, Perubahan Iklim Jadi Penyebab Kepunahan Badak Berbulu

Anak-anak perempuan bernyanyi pada pelajaran pertama hari itu di sekolah Ibn al Nafees di lingkungan Al Myassar, Aleppo timur. Sekolah itu memiliki 15.000 murid dan enam gedung saat ditutup lima tahun yang lalu. Pada Oktober, sekolah ini dibuka kembali dengan 1.000 orang siswa. (Sebastian Liste )

Menurut laporan Oxfam, saat terjadi tsunami tahun 2004, jumlah laki-laki yang bertahan hidup tiga kali lebih banyak dibanding perempuan. Ini berlaku untuk negara yang terdampak, yaitu Sri Lanka, Indonesia, dan India. Meski belum diketahui penyebabnya dengan jelas, pola serupa ditemui di seluruh wilayah.

Para peneliti berpendapat hal ini mungkin dikarenakan pria cenderung bisa berenang. Selain itu, perempuan biasanya kehilangan waktu untuk menyelamatkan diri karena fokus untuk memastikan anak-anak dan anggota keluarganya selamat.

Sebuah penelitian yang dilakukan selama 20 tahun pun menunjukkan hasil yang sama. Bedanya, di negara yang wanitanya memiliki kekuatan sosial-ekonomi lebih tinggi, perbandingan tersebut berkurang.