Nationalgeographic.co.id – Kepunahan megafauna prasejarah seperti mamut berbulu, singa gua, dan badak berbulu, pada Zaman Es akhir, selama dianggap menjadi tanggung jawab manusia. Mereka diduga menjadi penyebab hilangnya hewan-hewan tersebut.
Namun, sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology, mengungkapkan bahwa pada kasus badak berbulu, penyebabnya kepunahannya bukan manusia.
Para peneliti dalam studi ini, menyelidiki populasi badak berbulu di Siberia dengan mempelajari DNA dari sampel jaringan, tulang, dan rambut 14 hewan tersebut. Genom DNA dan mitokondria dari spesimen yang diawetkan itu, kemudian diurutkan secara genetika. Ini memungkinkan para peneliti untuk memperkirakan ukuran populasi dan keragaman genetika dalam kelompok.
Hasilnya menunjukkan bahwa populasi badak berbulu teah beradaptasi secara genetika selama puluhan ribu tahun sebelum kepunahannya.
Baca Juga: Ditemukan Bukti Manusia Telah Melakukan Kremasi Sejak 9.000 Tahun Lalu
Indikator genetika dari ukuran populasi dan perkiraan tingkat perkawinan sedarah juga menunjukkan bahwa populasi mereka stabil bahkan setelah manusia mulai tinggal di Siberia.
Stabilitas ini bertahan 29 ribu tahun lalu, pada permulaan periode dingin, hingga 18.500 tahun yang lalu ketika kumpulan data studi berakhir. Badak berbulu tidak punah hingga 14 ribu tahun lalu—mengindikasikan bahwa banyak hal berubah secara drastis bagi spesies tersebut pada 4.500 tahun setelah rentang penelitian.
Pengurutan gen juga menunjukkan bahwa ada mutasi genetika yang membantu badak berbulu beradaptasi dengan perubahan iklim, seperti perubahan pada reseptor kulit yang mendeteksi panas dan dingin.
Badak berbulu sangat cocok dengan iklim Siberia timur laut yang membeku. Para peneliti menjelaskan, mutasi "adaptif" mungkin terjadi pada spesies tersebut ketika periode pemanasan singkat, atau yang dikenal sebagai ‘interstadial Bølling-Allerød’, terjadi sekitar waktu kepunahan mereka menuju akhir Zaman Es.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Spesies yang Masih Berkaitan dengan T-Rex
Anehnya, bukan dinginnya Zaman Es yang memusnahkan mereka, tapi udara hangat singkat yang datang sebelumnya.
“Awalnya diduga kemunculan manusia di timur laut Siberia, sekitar 14-15 ribu tahun lalu, yang menyebabkan kepunahan badak berbulu. Namun, kemudian ditemukan situs permukiman manusia yang jauh lebih tua yakni berusia sekitar 30 ribu tahun,” ungkap Love Dalen, peneliti senior dan profesor genetika evolusi dari Centre for Paleogenetics.
“Oleh sebab itu, kepunahan badak berbulu tidak bertepatan dengan kemunculan manusia di wilayah tersebut,” imbuhnya.
Meski begitu, para peneliti mengatakan, masih banyak studi yang perlu dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penurunan populasi badak berbulu dan megafauna lainnya.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR