Rumah Achmad Soebardjo, Penyusun Naskah Teks Proklamasi, Kini Dijual

By Utomo Priyambodo, Rabu, 14 April 2021 | 15:31 WIB
Rumah Achmad Soebardjo, salah satu penyusun naskah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, di Cikini Raya, Jakarta Pusat. (DOKUMENTASI KEMENLU/ Akun Twitter @Kemlu_RI )

"Sejauh ini sih belum ada penawar yang serius via saya. Nggak tahu kalau ke pihak keluarga langsung," ujarnya. Kristo juga menambahkan bahwa sampai sekarang rumah ini masih ditinggali oleh pihak keluarga Achmad Soebardjo.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kho Ping Hoo, Maestro Cerita Silat Indonesia

Rumah yang berlokasi di Jalan Raya Cikini No.80 itu pernah dikunjungi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 2016. Retno Marsudi mengunjunginya karena tahu bahwa rumah tua berarsitektur Belanda itu merupakan kediaman milik Menteri Luar Negeri pertama Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Selain itu, rumah tersebut juga pernah dijadikan tempat kerja Achmad Soebardjo atau kantor Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di hari-hari awal kemerdekaan Indonesia.

Achmad Soebardjo ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri pada 19 Agustus 1945. Soebardjo harus menghadapi kondisi serba terbatas dalam menjalankan tugasnya karena ia belum mempunyai kantor, pegawai, dan alat-alat kantor. Soebardjo, kata Retno, memulai pekerjaan itu dengan tangan kosong. Ia mengubah rumah pribadinya di kawasan Cikini menjadi kantor pertama Kementerian Luar Negeri dan merekrut 10 orang sebagai pegawainya.

"Jadi memang ini rumah yang sangat bersejarah bagi perjuangan diplomasi Indonesia. Merupakan saksi awal berdirinya Kementerian Luar Negeri," tutur Retno seperti diberitakan Kompas.com beberapa waktu lalu.

Untuk merekrut pegawai, Soebardjo memasang iklan di harian Asia Raya berbunyi “Siapakah yang ingin menjadi pegawai Departemen Luar Negeri?” Dalam hitungan hari sepuluh orang bergabung. Lima orang dia jadikan sekretaris dan lima lainnya dia serahi tugas-tugas administratif.

"Soebardjo melakukan proses rekrutmen untuk mencari staf yang dapat membantu. Dalam satu hari dia mendapatkan 10 orang yang mau mendaftarkan diri sebagai staf," ujar Retno menceritakan sejarah awal Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Baca Juga: Obituari Umbu Landu Paranggi: Presiden Malioboro hingga Mahaguru Puisi

Bambang Eryudhawan, anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta sekaligus kurator dari Yayasan Bung Karno, mengatakan bahwa dirinya sudah tahu sejak lama bahwa rumah Achmad Soebardjo tersebut akan dijual. "Saya sudah tahu akan dijual sejak 10 tahun lalu. Karena keluarga sudah butuh uang. Apalagi sejak Ibu Soebardjo meninggal, dorongan untuk menjualnya jadi lebih kuat karena keluarga nggak bisa ngopeni (mengurus) rumah itu dan memang butuh biaya karena keluarganya kan besar, ya," papar Yudha, sapaan Eryudhawan, kepada National Geographic Indonesia.

Yudha menuturkan Achmad Soebardjo sudah tinggal di rumah itu sejak zaman kolonialisme Belanda. "Pak Soebardjo tinggal di situ sejak zaman perang, sebelum Jepang datang dia sudah tinggal di situ," ucapnya.

Banyak perisitiwa bersejarah yang pernah terjadi di rumah itu. Selain menjadi cikal bakal Kementerian Luar Negeri Indonesia, rumah itu juga pernah jadi tempat pertemuan antara Soekarno dan Tan Malaka.

Dan terlepas dari itu semua, sosok Achmad Soebardjo yang merupakan pahlawan nasional Indonesia juga merupakah tokoh utama kemerdekaan Indonesia. Jadi kehidupannya selama di rumah itu juga pastinya menyimpan nilai sejarah yang besar.

Sejarah mencatat, Achmad Soebardjo merupakan tokoh yang membebaskan Soekarno dan Hatta sewaktu diculik oleh para pemuda ke Rengasdengklok di Karawang. Pria kelahiran Kabupaten Karawang 23 Maret 1896 itulah yang berhasil membawa Soekarno dan Hatta ke Jakarta untuk mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca Juga: Hajjah Rangkayo Rasuna Said, 'Singa Betina' yang Hidup di Tiga Masa