Selidik Kisah dan Filosofi di Balik Corak Keindahan Batik Lasem

By Agni Malagina, Senin, 19 April 2021 | 13:00 WIB
Batik Lasem berlanggam aneka puspa dan bingkai kuning National Geographic Indonesia. Hawien Wilopo, pembatik asal Rembang, membingkiskan untuk redaksi. (Lambok E. Hutabarat/National Geographic Indonesia)

 

 

Kota Lasem orang poen sering seboet Kota Batik,kerna Batikindustrie di sana ada besar sekali dan penting. Bagimana besar dan pentingnja itoe batikindustrie jang berada seanteronja dalem tangannja fihak Tionghoa di Lasem, itoelah orang bisa bajangken sendiri. Ampir sasoeatoe anak Tionghoa dari Lasem kaloe di tanja oleh orang tentang pakerdjahan apa jang orang toeanja diroemah ada lakoeken, selaloe kasi penjaoetan: “Peroesahan batik!”  Kengpo, 25 November 1934

 

Nationalgeographic.co.id—Nama Lasem yang tercatat dalam kronik Nusantara dan Tionghoa selama beberapa abad, membuktikan bahwa Lasem menjadi tujuan dan tempat favorit para perantau asal Tionghoa. Sejak abad ke 14, orang-orang Tionghoa berlayar dengan jung-jung menuju Nusantara dengan aneka misi—ekspedisi, mencari penghidupan yang lebih baik, melarikan diri dari bencana alam dan kisruh politik, berdagang dan lainnya.

Secara umum para peneliti seperti Borel, Ong Eng Die, Reid, Salmon, Wang Gong Wu, dan lainnya menyebutkan bahwa orang Tionghoa di Nusantara berasal dari pesisir pantai selatan Tionghoa, Fujian dan Guangdong. Jumlah etnis Tionghoa pada abad 19 sampai awal abad 20 di Rembang – Lasem menempati urutan ke 3 setelah Batavia dan Semarang. Hal ini menunjukan bahwa Rembang Lasem merupakan salah satu tujuan utama imigran Tionghoa di Hindia Belanda.

Jelang sore, para pembatik pulang dari sanggar kerja setelah seharian bekerja. rata-rata mereka membatik sepanjang minggu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Feri Latief)

Baca Juga: Selisik Pesan dari Kisah Pahatan dan Mural Kuno di Cu An Kiong Lasem