Lukosch dan Phelps berpendapat, beberapa justru gim membantu wawasan kita untuk mencerna bagaimana pagebluk bekerja. Mereka berdua mengacu pada gim World of Warcraft tentang bos di sebuah tingkatan yang menyebarkan penyakit.
Bahkan gim pun dapat memberikan wawasan kita untuk mencari solusi mengatasi pagebluk virus corona. Misal, dalam FoldIt-Solve Puzzles for Science pemain bertemu dengan kondisi bio-molekuler yang harus diselesaikan.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Melampaui Skor Manusia Memainkan Gim Era 80-an
Gim itu bahkan ditinjau oleh para ilmuwan sebagai solusi baru yang potensial, seperti penyelesaian pagebluk, hingga pembandingan bagaimana pikiran manusia lebih unggul daripada algoritma komputasi untuk menyelesaikan tugas.
Meski gim memberikan wawasan strategi alternatif menghadapi masa pagebluk, Chih-Hung Ko dan Ju-Yu Yen di Journal of Behavioural Addictions, memandang gim yang semakin marak dimainkan masyarakat berdampak buruk.
Mereka menyebut adaptasi buruk itu sebagai gangguan bermain gim (gaming disorder), dan berisiko terutama pada anak-anak.
Pada anak-anak, berkat gim mereka bisa terlambat sekolah yang diadakan keesokan harunya. Sebab gim telah menyita waktu, aktivitas fisik, dan mental mereka.
Dampak gangguan bermain gim sangat signifikan dalam pola tidur dan obesitas. Bahkan pada remaja sendiri, bisa menyebabkan attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD), depresi, dan gangguan kecemasan.
Ia menyarankan agar orangtua dan pendidik harus memberikan jalan alternatif untuk interaksi sosial untuk mempertahankan motivasi belajar dan mengatur waktu bermain mereka.
Tak hanya orangtua dan pendidik, mengatasi gangguan bermain gim membutuhkan tenaga profesional kesehatan mental. Menurut Ko dan Yen, tenaga profesional harus memberikan dugukungan emosional dan masukan untuk meredakan stres itu.