Telusur Riwayat Perkembangan Seni Ilustrasi Botani di Indonesia

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 27 April 2021 | 03:00 WIB
'Sunflower Bud' (Helianthus annuus) karya Lingga Kosasih, cat air pada kertas. (Lingga Kosasih/IDSBA)

Saat si peneliti botani memesan gambar kepada ilustrator, dia akan membekali ilustrator dengan spesimen tumbuhan yang harus digambarnya. Apabila ada aspek visual yang keliru, si peneliti langsung akan mengkoreksinya.

Jenny mengungkapkan tampaknya terdapat persepsi yang berbeda tentang gambar ilustrasi botani menurut komunitas ilmiah botani dan masyarakat awam. Banyak orang mempersepsikan bahwa segala gambar tetumbuhan berupa bunga, buah, karangan bunga yang diekspresikan dalam tata warna elok cat merupakan seni botani.

Namun, sambung Jenny, “pada kenyataannya, gambar-gambar itu tidak cukup memenuhi kriteria sebuah ungkapan visual botani secara ilmiah.” Dia menambahkan, “Ilustrasi botani yang ilmiah memang tidak sempat dikenal populer oleh masyarakat luas. Hanya edar sebatas dalam komunitas ilmiah botani. “

'Turi Merah' (Sesbania grandiflora) karya Youfeta Devy, cat air pada kertas. (Youfeta Devy/IDSBA)

Sekitar dekade 1980-an hingga 1990-an, Jenny menyaksikan hotel-hotel berbintang di Jakarta beberapa kali menggelar pameran lukisan botani karya para ilustrator Herbarium Bogoriense: Sukirno, Damhuri, dan M. Anwar.

Dia mengatakan bahwa sosok yan berperan penting di balik terselenggaranya pameran itu adalah Almarhum Joop Ave, budayawan dan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan pada masa itu. Masih sedikit warga Jakarta yang berminat pada pameran ini. Peminat pamerannya sebatas para ekspatriat, wisatawan, tamu hotel, dan para elite Kota Jakarta. “Jadi dapat dimengerti jika lukisan botani dari Indonesia itu lebih mungkin dijumpai di luar negeri daripada di Indonesia sendiri,” ujarnya.

Jenny mengatakan bahwa terdapat kesenjangan pemahaman masyarakat antara ilustrasi botani dan seni feminin. Perkara yang menyebabkan kesenjangan itu adalah pendidikan. “Sistem pendidikan Indonesia masih banyak mengikuti sistem pendidikan kolonial Belanda dulu,” ujarnya, “memisahkan secara tegas antara sains dan seni. Yang menjadi domain sains itu tanpa seni—dan sebaliknya.”

'Indonesia' (Paphiopedilum bungebelangi) karya Grace Syiariel, cat air pada kertas. (Grace Syiariel/IDSBA)

Baca Juga: Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor

Bagaimana perkembangan seni ilustrasi botani di Indonesia kini? Selama dua dekade pertama abad ini tampaknya seni ilustrasi botani kian membumi. Mereka bukan hanya ilustrator botani yang bekerja di lembaga penelitian, tetapi juga warga biasa yang menggemari perpaduan sains dan seni dalam seni botani.

Salah satu tengara minat masyarakat pada seni botani Tanah Air adalah berdirinya Asosiasi Seniman Botani Indonesia (Indonesian Society for Botanical Artists, IDSBA) pada 2017. Perkembangan akses pendidikan dan ilmu pengetahuan telah mendorong semua pihak berbesar hati untuk menyatakan bahwa tidak ada lagi batas seni dan sains. “Seni adalah sains, sains adalah seni,” ujar Jenny.

'Hello World' (Cosmos caudatus) karya Diana NTD, cat air pada kertas. (Diana NTD/IDSBA)