Riset Terbaru Ungkap Efek Senyawa Ganja dalam Redakan Rasa Sakit

By Utomo Priyambodo, Selasa, 27 April 2021 | 20:00 WIB
Ilustrasi ganja medis. (harvard.edu)

“Untuk sains dan publik pada umumnya, pertanyaannya tetap, apakah peredaan nyeri yang diklaim dialami oleh para pengguna CBD karena efek farmakologis atau efek plasebo,” kata Martin De Vita, peneliti di departemen psikologi di College of Arts and Sciences di Syracuse University.

"Itu pertanyaan yang wajar karena kami tahu bahwa hanya dengan memberi tahu seseorang bahwa suatu zat memiliki kemampuan untuk meredakan rasa sakitnya sebenarnya dapat menyebabkan perubahan yang kuat dalam sensitivitas rasa sakit mereka. Ini disebut efek ekspektasi," ujarnya lagi seperti dikutip dari laman resmi Syracuse University.

Baca Juga: Kehilangan Anaknya, Ibu Ini Berjuang Supaya MK Melegalkan Ganja Medis

 

De Vita bersama Stephen Maisto, profesor riset dan profesor emeritus psikologi, secara unik siap menjawab pertanyaan yang tepat itu. Pasangan itu, bersama dengan sesama anggota lab dan kandidat doktor Dezarie Moskal, telah melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis penelitian eksperimental yang meneliti efek obat cannabinoid pada rasa sakit.

Hasil penelitian mereka ini memberikan hasil yang konsisten dan patut diperhatikan. Di antara temuan-temuan lain, data mereka ini menunjukkan bahwa efek ekspektasi dan efek menerima CBD tampaknya tidak mengurangi intensitas nyeri eksperimental, tetapi keduanya memang terbukti mampu membuat rasa tidak nyaman akibat nyeri tersebut berkurang.

Dalam riset ini De Vita dan Maisto menggunakan peralatan canggih yang dengan aman menginduksi nyeri panas eksperimental, memungkinkan mereka mengukur bagaimana sistem saraf para penerima bereaksi dan menanggapinya. “Kemudian kami memberikan obat, seperti CBD murni, atau plasebo, dan kemudian menilai kembali respons rasa sakitnya dan melihat bagaimana mereka berubah berdasarkan zat mana yang diberikan,” papar De Vita.