Namun karena kuasa berada di Batavia, dan pemerintah menolaknya, ditambah lagi banyak pemberitaan tentang diskriminasi terhadap mereka, hal ini dikhawatirkan Hugronje.
Ia berpendapat tindakan sewenang dan pembatasan pemerintah dapat memanaskan orang Arab dan Muslim sedunia dalam Pan Islamisme. Termasuk, masyarakat bumiputera Muslim yang sudah menganggap orang Arab sebagai saudaranya.
Alih-alih sebaiknya mefasilitasi Muslim dan Arab-Hadhrami dengan baik, de Jonge menulis, Hugronje membuat saran untuk menangkal pan-Islamisme berkembang di tanah koloni.
Baca Juga: Thala' al-Badru 'Alayna, Nyanyian Tertua Islam Penyambut Nabi
Salah satu solusi Hugronye adalah menolak masuknya orang Hadhrami dari luar koloni. Cara ini bisa meredam pan-Islamisme dari imigran baru yang sering "menuang minyak ke api," tulis de Jonge.
Maka pada 1912, pemerintah melakukan saran itu. Walau pada 1918 sedikit melonggar karena kekhawatiran konflik dengan Inggris yang saat itu sudah mencaplok Hahdramaut, akan mendapat dukungan dari orang Hadhrami.
Meski ia mengenal Islam dan kebudayaan Arab, hingga akhir hayatnya ia sangat menentang dan memperingkatkan akan Pan-Islamisme yang dapat mengancam kuasa orang-orang Eropa.