Misi Jalur Rempah, KRI Dewaruci Akan Kunjungi 13 Titik di Nusantara

By Utomo Priyambodo, Senin, 10 Mei 2021 | 20:00 WIB
KRI Dewaruci tengah bersiap memasuki pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, usai melakukan giat Kartika J (Julius Rendy Nugroho/Angkasa)

 

Nationalgeographic.co.id—Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci akan kembali berlayar mengelilingi Indonesia. Sebelumnya, kapal latih TNI Angkatan Laut ini juga sudah pernah mengelilingi dunia.

KRI Dewaruci dibuat pada 1952, dan diluncurkan pada 1953. Kapal ini pernah singgah di 45 negara dan dua kali mengelilingi dunia. Kali kesempatan Agustus-Oktober 2021, ia akan menjalankan misi pelayaran bertajuk Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah.

Muhibah Budaya adalah misi pelayaran menggunakan KRI Dewa Ruci dengan membawa pemuda-pemudi pilihan dari 34 provinsi dengan tujuan untuk napak tilas jalur rempah nusantara. Pelayaran ini akan menyusuri titik-titik Jalur Rempah Nusantara, di antaranya 13 titik yang dipilih pada tahun 2021 ini sebagai upaya menguatkan jatidiri bangsa, mengenal kearifan budaya setempat, dan merayakan ketersambungan budaya jalur rempah.

Dewaruci dibuat pada 1952 dan pertama kali diluncurkan pada 1953. Kapal kebanggaan Indonesia ini pernah singgah di 45 negara dan dua kali mengelilingi dunia. Pada 2021, KRI Dewaruci akan menjalankan misi pelayaran bertajuk Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan )

Selain itu, pelayaran ini juga ditandai dengan Festival Jalur Rempah yang mengangkat kekayaan alam dan budaya masing-masing titik singgah yang dirajut dari elemen berbagai budaya berupa seni, kriya, kuliner, ramuan, wastra, dan kesejarahan. Kegiatan ini merupakan upaya diplomasi budaya dan penguatan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Secara keseluruhan, misi pelayaran yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini bertujuan untuk melihat jalur rempah “dari geladak kapal kita sendiri.”

Sejarah mencatat, rempah-rempah pernah mengharumkan Nusantara. Negeri ini pernah menjadi pemain penting dan pemasok utama dalam perdagangan dunia, jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara.

Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara

KRI Dewaruci tiba di dermaga Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok, Jakarta Utara, setelah berla (Editor)

Rempah-rempah telah menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saking pentingnya, rempah-rempah sempat menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global.

Akibat dari lalu lintas laut yang padat dari Asia Timur, Timur Tengah, Eropa dan sebaliknya, Jalur Rempah pun kemudian terbentuk dari banyaknya peradaban yang saling berinteraksi tersebut. Jalur globalisasi di Nusantara ini kemudian menjelma sebagai ruang silaturahmi antarmanusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya, melampaui konteks ruang dan waktu, yang dipertemukan oleh laut, samudra, dan sungai.

Mengangkat kembali budaya rempah adalah upaya membangun ekosistem budaya rempah dari hulu hingga hilir yang diharapkan didukung oleh semua pihak. Gerakan ini diharapkan menjadi kebangkitan atas kekuatan kebaharian, mengubah paradigma lama, dan membangun perspektif yang luas atas potensi alam dan budaya Indonesia untuk masa depan yang lebih baik.

Baca Juga: Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari

Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah ini hendak menjadikan pengetahuan tradisi dan kearifan lokal serta kebhinekaan budaya baik di laut dan darat menjadi kekuatan yang mensejahterakan masyarakat. “Sekaligus untuk menyiapkan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia (World Heritage) dalam memperkuat diplomasi Indonesia dan meneguhkannya sebagai poros maritim dunia," ujar Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud.

Dalam program Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah ini, Kemendikbud menggandeng TNI AL untuk bekerja sama mengandakan pelayaran mengarungi lintas samudra menyusuri 13 titik rempah dengan menggunakan KRI Dewaruci. Ketiga belas titik tersebut adalah Banda Neira, Ternate, Makassar, Banjarmasin, Bintan, Medan, Lhouksemawe, Padang, Banten, Jakarta, Semarang, Benoa, dan Surabaya.

Baca Juga: Jalur Rempah, Rute Dagang yang Menyimpan Solusi Masalah Masa Kini

Lonceng legendaris yang terdapat di atas geladak KRI Dewaruci. Walaupun lonceng kapal tersebut telah retak, awak Dewaruci mengharamkan untuk menggantinya dengan lonceng baru. (Julius Rendy Nugroho/Angkasa)

Dengan melibatkan masyarakat luas melalui komunitas-komunitas dan generasi muda di 13 titik rempah tersebut, program Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah ini akan melahirkan banyak kegiatan kebudayaan. Kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diagendakan antara lain terkait pertunjukan, musik, kuliner, berbagai kearifan lokal dan pengobatan tradisional, seminar, workshop, pemutaran film, hingga residensi budaya.

Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia menjadi suatu esensi dari program Muhibah Budaya Jalur Rempah ini. Atas keberagaman pendukung budaya yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah, program ini hadir untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya dan diplomasi budaya, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya dan Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Para peserta misi pelayaran ini akan disebar dalam 5 koridor/titik pergantian/pertukaran peserta. Kelima titik tersebut adalah Ambon, Makassar, Tanjung Uban, Bintan, Padang, dan Jakarta.

Jumlah peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah di setiap koridor pelayaran adalah sebanyak 125 orang, yakni 118 laki-laki dan 7 perempuan. Para peserta ini terdiri atas awak TNI AL KRI Dewaruci (80 orang), perwakilan provinsi (seleksi 34 orang), pendamping/mentor (6 orang), dan media (5 orang).