Vaksinasi Jepang Baru Satu Persen, Bagaimana Nasib Olimpiade Tokyo?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 18 Mei 2021 | 13:00 WIB
Olimpiade 2020 dijadwalkan akan dimulai pada 23 Juli tahun depan (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id - Sempat ditunda tahun lalu akibat pagebluk, 23 Juli hingga 8 Agustus direncanakan menjadi tanggal pengganti Olimpiade Tokyo yang baru, dan diikuti Paralimpiade 24 Agustus hingga 5 September.

Menghadapi momen itu semua negara bersiap, termasuk Indonesia yang akan mengirimkan atletnya dari berbagai cabang olahraga. Seperti, Lalu Muhammad Zohri untuk cabang atletik 100 meter putra, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie di bulu tangkis putra, hingga Windy Cantika Aisah untuk cabang angkat besi.

Para atlet itu rencananya akan diberangkatkan ke Tokyo dengan pesawat kelas bisnis, terang Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Chandra Bhakti dalam diskusi Indonesia Menuju Olimpiade Tokyo 2021.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo Akan Tetap Berjalan Dengan Atau Tanpa COVID-19

Indonesia sudah siap untuk menghadapi olimpiade, bahkan Maret lalu para atlet sudah mendapatkan vaksinasi kedua di RS Olahraga Nasional Cibubur.

Namun bagaimana dengan kondisi tuan rumah?

Rupanya berdasarakan pantauan vaksinasi Bloomberg, baru 1% dari populasi sudah divaksin. Angka ini lebih rendah dari Amerika Serikat, Eropa, India, dan Tiongkok.

Padahal kasus Covid-19 di Jepang meningkat tajam walau kasusnya lebih baik dari negera lain, dengan 640.000 kasus dan 10.900 kematian sejak awal 2020.

Melansir Science, proses vaksinasi di Jepang membutuhkan pengujian lebih lanjut untuk obat-obatan atau vaksin yang telah memiliki kemanjurannya. Tujuannya demi mengkonfirmasi keamanan mereka untuk masyarakat Jepang.

Pengujian mereka dilakukan pada 160 subjek pada vaksin Pfizer dan 200 untuk vaksin Moderna. Uji seperti ini menurut Masahiro Kami, ilmuwan dan direktur eksekutif Medical Governance Research Institute, Tokyo, adalah studi yang sangat terbatas.

Baca Juga: Fakta yang Harus Anda Ketahui Tentang Vaksinasi Pagebluk Covid-19

"Para profesional pun menyadari bahwa melakukannya (pengujian) tidak masuk akal sama sekali," ujarnya.

Pengujian ini akhirnya menyebabkan penundaan pengesahan Vaksin Pfizer untuk digunakan, yakni pada Februari lalu. Sedangkan Vaksin Moderna dan AstraZeneca baru menerima persetujuan pada 20 Mei nanti dalam laporan NHK.

Berbeda dengan Jepang, Indonesia tetap melakukan vaksinasi walau uji klinis masih berlanjut. Sebab beberapa vaksin seperti Sinovac telah mengantongi EUA (Emergency Use Authorization) dari BPOM.

Amin Soebandrio, direktur LBM Eijkman menganggap syarat itu sudah cukup untuk melakukan vaksinasi di seluruh Indonesia.

Namun uji klinis tetap berjalan agar hasilnya bisa membuat vaksin tetap dapat digunakan saat pagebluk berakhir, katanya Februari lalu.

Hampir sama dengan Indonesia, negara-negara Eropa juga menerima hasil uji coba vaksin Covid-19 internasional tanpa memerlukan uji lebih lanjut.

Karena cara ini umum digunakan, Shinya Yamanaka penerima Nobel Physiology or Medicine 2012 lalu, dan Yoshitake Yokokura, mantan presiden Japan Medical Association bersama 50 orang lainnya menyerukan pemerintah Jepang melakukan cara yang sama, lewat surat terbuka 28 April.

Namun tuntutan itu tak dihiraukan Kementerian Kesehatan Jepang dan memutuskan "untuk mengikuti aturan seperti biasa, meskipun itu darurat," jelas Masahiro Kami. Alasannya, mereka berkaca pada masalah lalu akan efek samping vaksin, dan mencegah agar tak terulang.

Akibatnya, Jepang baru menggunakan 4,4 juta dari sekitar 17 juta dosis vaksin yang sudah diimpor.

Baca Juga: Selama Pagebluk Tenaga Kesehatan Rentan Insomnia. Apa Bahayanya?

Berdasarkan laporan AFP, Rabu (12/5/2021), pemerinah Jepang segera memvaksin 2.500 atlet, termasuk pelatihnya untuk penyelenggaran Olimpiade Tokyo. Vaksin yang diberikan adalah Pfizer, dan disalurkan lewat International Olympic Committee (IOC) pada akhir Mei.

Selain itu pemerintah Jepang sekarang berencana untuk membuka tempat vaksinasi massal di Tokyo pada 24 Mei, dan Osaka di hari berikutnya.

Pihak pemerintah juga membuka kemungkinan untuk merevisi undang-undang mereka, walau Kemenkes masih mempelajari beberapa dokter yang dirujuk dalam surat terbuka dapat memenuhi syarat penyedia vaksin.

Untuk mempersiapkan olimpiade, Maret lalu IOC menyampaikan untuk tak mengizinkan penonton dari luar negeri memasuki Jepang. Kepada Kyodo, mereka juga melarang para sukarelawan asing membantu selama Olimpiade, demi mencegah penyebaran virus Covid-19.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Kyodo, mayoritas masyarakat Jepang setuju untuk melarang penonton luar negeri masuk. Mereka khawatir para penonton itu akan datang dan membuat Jepang berhadapan dengan gelombang pagebluk ketiga.

Baca Juga: Kisah Terciptanya Vaksin, Senjata Umat Manusia Perangi Wabah