Sains Tidur: Apa yang Sejatinya Terjadi pada Otak Ketika Kita Tidur?

By Tiara Syabanira Dewantari, Kamis, 20 Mei 2021 | 21:00 WIB
Sistem tubuh kita mengatur melatonin sedangkan jadwal tidur kita paling kuat dikendalikan oleh cahaya. (Thinkstock)

 

Mengapa Tidur Penting?

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa yang tidur singkat, atau mereka yang kurang dari tujuh jam dalam 24 jam, lebih mungkin melaporkan 10 kondisi kesehatan kronis, termasuk penyakit jantung, diabetes, obesitas, asma dan depresi, dibandingkan dengan Mereka yang cukup tidur, yaitu tujuh atau lebih jam dalam periode 24 jam.

Ada lebih banyak tantangan untuk anak-anak, karena mereka dianggap memiliki kebutuhan tidur yang meningkat dibandingkan orang dewasa.

American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan agar anak-anak berusia 6 sampai 12 tahun harus tidur setidaknya 9-12 jam sehari dan remaja usia 13-18 harus tidur setidaknya 8-10 jam setiap harinya secara teratur untuk meningkatkan kesehatan optimal.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah Yayasan Tidur terhadap orang tua di Amerika menyarankan agar anak-anak mendapatkan satu jam atau lebih tambahan jam tidur per malam lebih dari yang dibutuhkan tubuh dan otak mereka.

Baca Juga: Meski Sudah Berevolusi, Ternyata Otak Homo Erectus Awal Mirip Kera

Kekurangan tidur dapat menyebabkan penurunan kinerja, meningkatnya kecelakaan mobil, dan kacaunya hari-hari kerja. (kasinv/Getty Images/iStockphoto)

Para peneliti menemukan bahwa ternyata kekurangan tidur walau hanya satu jam pun memiliki efek yang berbahaya pada otak anak yang sedang berkembang. Tidur yang tidak memadai dapat mempengaruhi plastisitas sinaptik dan pengkodean memori, dan hal itu dapat menyebabkan kekacauan diri di dalam kelas.

"Setiap sistem biologis kita dipengaruhi oleh tidur. Bila kita tidak tidur cukup lama atau saat kita mengalami kualitas tidur yang buruk, bisa jadi ada konsekuensi biologis yang serius," tulis Michael pada penelitiannya.

"Saat kita kurang tidur, tubuh kita menjadi lebih terangsang melalui sistem syaraf simpatik yang disempurnakan, yang dikenal sebagai "fight or flight." Ada kecenderungan yang lebih besar untuk meningkatkan tekanan darah dan kemungkinan risiko penyakit jantung koroner," tambahnya.

Sistem endokrin kita melepaskan lebih banyak kortisol, hormon stres.

Tubuh memiliki toleransi glukosa lebih sedikit dan resistensi insulin yang lebih besar, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Selain itu, kurang tidur menyebabkan penurunan hormon pertumbuhan dan perawatan otot.

Baca Juga: Berubahnya Teknik Berburu Memengaruhi Evolusi Otak Manusia Purba

Siklus tidur-bangun kita diatur oleh sistem sirkadian, yang membantu memberi sinyal pada otak untuk tidur dengan menggunakan pelepasan hormon melatonin alami. (Thinkstock)

"Kita juga mengandalkan tidur untuk menjaga metabolisme kita. Kurangnya tidur dapat menyebabkan pelepasan hormon leptin yang menurun dan pelepasan hormon ghrelin yang meningkat, yang dapat dikaitkan dengan peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan," jelas Michael.

"Tubuh manusia juga mengandalkan tidur untuk membantu sistem kekebalan tubuh kita. Kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan pembengkakan dan penurunan antibodi terhadap influenza dan penurunan resistensi terhadap infeksi."

Tidur yang tidak memadai telah dikaitkan dengan efek negatif pada mood serta penurunan perhatian dan peningkatan daya ingat. Selain itu, seseorang yang kurang tidur mungkin mengalami penurunan toleransi nyeri dan pada saat reaksi.

Studi mengenai pekerjaan juga menemukan bahwa kekurangan tidur dapat menyebabkan penurunan kinerja, meningkatnya kecelakaan mobil, dan kacaunya hari-hari kerja.