Penelitian Ini Lacak Pola Migrasi Paus Biru Kerdil untuk Konservasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 24 Mei 2021 | 18:00 WIB
Balaenoptera musculus, atau paus biru kerdil di lautan lepas. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id - Indonesia dilalui aneka macam paus yang bermigrasi pada bulan-bulan tertentu. Salah satunya adalah paus biru kerdil yang langka. Mamalia laut ini terancam punah akibat perburuan abad ke-20.

Namun berkat pelacakan satelit yang dilakukan para ilmuwan Australia, paus dapat ditemukan bahkan bisa dipahami jalur migrasinya. Mereka menulis laporannya dalam jurnal Scientific Report, Desember tahun lalu.

Pelacakan itu dilakukan pada 13 subspesies paus biru yang habitat lingkungannya bergantung pada lingkungan sekitar South Australia dan Western Australia.

Baca Juga: Rekomendasi Destinasi: Pelesiran Sambil Mengenal Para Raksasa dan Laut

Mereka juga mengkombinasikan rute pengiriman dan penangkapan penangkapan ikan, dan kawasan eksplorasi minyak dan gas. Kombinasi ini membuat penelitian ini dapat membantu mengurangi dampak aktivitas manusia yang berdampak negatif pada perilaku paus.

Dalam laporannya, para ilmuwan harus menjelajah sejauh 4.236 kilometer untuk bisa menandai dan merekam paus biru kerdil. Selanjutnya, pelacakan dilakukan selama 382 hari, dan ditemukan perjalanan mamalia ini sudah sejauh 15.120 kilometer.

Para ilmuwan itu menemukan kebiasaan paus biru, yakni mencari makan dan migrasi di sepanjang landas benua Australia. Terutama, mereka mencari makan di kawasan bernama Great Southern Australian Coastal Upwelling System.

Identifikasi ini menjadi tanda bahwa perairan dengan upwelling system di South Australia, kawasan ini menjadi penting untuk konservasi. Upwelling system adalah pembalikan massa air, atau fenomena saat air laut lebih dingin dan massa jenisnya lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan. Biasanya terjadi akibat pergerakan angin di atasnya.

Baca Juga: Bagaimana Paus-paus Membantu Mendinginkan Temperatur Planet Bumi?

Hasil rute paus bermigrasi dari South Australia menuju perairan Indonesia yang dilacak para peneliti. (Flinders University)

 

Umumnya, pembalikan massa air membawa nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitolpankton di dekat permukaan laut. Sehingga, dapat memperkaya kehidupan laut di kawasan itu, termasuk untuk paus (Bakun, A. 1990). Setelah mencari makan, paus biru mulai bermigrasi menuju perairan Indonesia untuk berkembang biak.

"Informasi baru ini, bersama dengan data tangkapan [getar] akustik, penampakan, genetik, dan masa lalu, secara substansial akan memperluas pengetahuan tentang distribusi spasial populasi paus biru yang pulih ini dan potensi paparan dampak dari aktivitas manusia sepanjang perjalanannya," terang Lucian M Möller dari Flinders University di Eurekalert.

Baca Juga: Perbedaan Kultur di Dalam Nyanyian Paus Bungkuk Antar Samudra

 

Ia juga mengklaim studi yang dipimpinnya bersama tim ini adalah yang pertama menjelaskan bagaimana pergerakan dan pola habitat paus biru kerdil.

Sehingga dapat mengembangkan pemahaman para ilmuwan dan pegiat konservasi menemukan dampak potensial pada perilaku paus biru. Möller berharap upaya konservasi yang bagi dapat ditemukan di masa mendatang untuk menjaga spesies terancam punah ini.

"Hasil pelacakan kami memberikan informasi baru dan menyoroti pentingnya memahami gerakan dan perilaku paus biru kerdil di rute migrasi mereka dari tempat mencari makan Australia Selatan ke jalur migrasi Australia Barat, dan menuju tempat berkembang biak di Indonesia," papar Möller.

 

Baca Juga: Ditemukan Kadar Polutan Beracun yang Tinggi Pada 83 Paus dan Lumba-lumba

Paus biru (Balaenoptera musculus). Para ilmuwan itu menemukan kebiasaan paus biru, yakni mencari makan dan migrasi di sepanjang landas benua Australia. Terutama, mereka mencari makan di kawasan bernama Great Southern Australian Coastal Upwelling System. (Thinkstock)

"Kalau digabungkan dengan data pergerakan sebelumnya, informasi ini dapat digunakan untuk memprediksi keberadaan dan perilaku paus di masa depan berdasarkan perkiraan efek perubahan iklim, termasuk dalam sistem pesisir dan upwelling (sistem pembalikan massa air)."

Ia menambahkan, penelitian ini dapat berkontribusi pada berbagai regulasi dan manajemen konservasi untuk dipertimbangkan pemerintah. Mereka berharap pemerintah Australia, Indonesia, Timor Leste dapat mempertimbangkan undang-undang lingkunannya untuk perencanaan ke depan.

Selain itu, mereka berharap adanya kolaborasi pemerintah mancanegara untuk melindungi paus biru kerdil dan subspeseis paus biru lainnya yang jarang diketahui.