Berkembangnya pertanian membawa kemajuan lain. Tembikar dijadikan tempat penyimpanan makanan dan hewan seperti kambing, sapi, domba, kuda, dan unta dijinakkan. Membuat orang tidak berburu.
Pemukiman menjadi lebih permanen, mengarah pada apa yang kita sebut sebagai peradaban - bahasa, tulisan, sistem politik, seni, dan arsitektur.
Kurang dari 100 tahun setelah kelahiran Islam, Kerajaan Islam meluas dari Spanyol ke beberapa bagian India dan Cina. Meskipun pusat kekuasaan politik telah pindah dari Semenanjung Arab, perdagangan berkembang pesat di sana.
Munculnya bahasa Arab sebagai bahasa pembelajaran internasional merupakan salah satu faktor perkembangan budaya Semenanjung Arab. Dunia Muslim menjadi pusat pembelajaran dan kemajuan ilmiah atau disebut sebagai Zaman Keemasan. Cendekiawan Muslim memberikan kontribusi di banyak bidang. Termasuk kedokteran, biologi, filsafat, astronomi, seni, dan sastra. Banyak dari ide dan metode mereka menjadi dasar ilmu pengetahuan moderen.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing
Kekaisaran Islam berkembang pesat hingga abad ke-17, ketika pecah menjadi kerajaan Muslim yang lebih kecil. Semenanjung Arab secara bertahap memasuki periode isolasi realtif, meskipun Mekah dan Madinah tetap jadi jantung spiritual dunia Islam dan menarik banyak pengunjung dari banyak negara.
Pada awal abad ke-18, seorang ulama dan pembaharu Muslim bernama Shaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menganjurkan untuk kembali ke bentuk asli Islam. Ia mulanya dianiaya oleh para ulama dan pemimpin lokal yang memandang ajaranya sebagai ancaman basis kekuasaan mereka. Akhirnya ia mencari perlindungan di kota Diriyah yang diperintah oleh Muhammad bin Saud.
Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud membentuk kesepakatan untuk mendedikasikan diri mereka mengembalikan ajaran murni Islam kepada komunitas Muslim. Dengan semangat itu, bin Saud mendirikan Negara Saudi Pertama, di bawah bimbingan spiritual bin Abdul Wahhab.
Pada 1788, Negara Saudi menguasai seluruh dataran tinggi tengah yang dikenal sebagai Najd. Pada awal abad ke-19, kekuasaanya meluas ke sebagian besar Semenanjung Arab, termasuk Mekah dan Madinah.