Sampel-sampel air tersebut kemudian disaring untuk menghilangkan sedimen dan tetap aman dari kontaminasi. Kemudian tim peneliti menganalisis konsentrasi merkuri di masing-masing sampel tersebut.
“[Konsentrasi merkuri di wilayah ini] setidaknya 10 kali lebih tinggi daripada di sungai rata-rata,” kata Hawkings, seperti dikutip dari New Scientist.
"Kami tak menyangka akan ada jumlah merkuri yang mendekati itu di air lelehan gletser. Kami memiliki hipotesis apa yang menyebabkan konsentrasi merkuri tinggi tetapi temuan juga sekaligus menimbulkan banyak pertanyaan lain," ungkap Rob Spencer, rekan Hawkings dalam studi tersebut, seperti dilansir New Atlas.
Baca Juga: Es Greenland Mencair, Peneliti: Tidak Bisa Kembali Seperti Semula
Dua pertanyaan utamanya adalah tentu saja dari mana merkuri itu berasal dan ke mana perginya. Sejauh ini pencemaran merkuri terjadi dari aktivitas seperti industri. Namun dalam kasus ini para peneliti justru menyebut bahwa merkuri pada lelehan gletser bukan berasal dari aktivitas manusia.
Ini berarti air lelehan gletser tersebut kaya akan merkuri seperti halnya beberapa sungai yang sangat tercemar dunia. Dalam kasus ini merkuri tidak dimasukkan ke dalam air secara langsung oleh manusia, tidak seperti pada banyak sungai yang sangat tercemar lainnya.
“Meskipun merkuri ini tidak dibawa oleh manusia, lapisan es mencair lebih cepat sebagai akibat dari perubahan iklim,” kata Hawkings.
"Merkuri yang berasal dari lingkungan sensitif terhadap iklim seperti gletser bisa menjadi sumber yang jauh lebih sulit untuk dikelola," ujarnya.
Baca Juga: Taman Karang Ditemukan di Laut Dalam Greenland Untuk Pertama Kalinya