Tim arkeolog yang diketuai oleh Zahi Hawass sangat antusias untuk menggali dan menemukan susunan batu bata dari lumpur, yang membentuk dinding zig-zag setinggi sembilan kaki. Dinding tersebut merupakan elemen langka dalam arsitektur Mesir kuno.
Mereka menemukan banyak artefak, seperti cincin, bejana tanah liat, puing-puing patung, alat tenun, juga kumbang besar (yang dianggap suci oleh masyarakat Mesir Kuno). Ditemukan pula ruang dapur, toko roti, dan area produksi batu bata lumpur. Terdapat satu area galian yang berisikan kerangka sapi atau banteng, sedangkan kerangka manusia ditemukan dalam posisi yang ganjil; posisi tangan meregang ke belakang, dan terdapat sisa-sisa tali melingkari lutut.
Tim juga menemukan sebuah wadah berisikan daging berukuran kira-kira dua galon, bertuliskan "Tahun 37". Terungkap pula dua nama penduduk kota dan prasasti yang bertuliskan, "Daging yang telah dikuliti untuk festival Heb Sed ketiga, dari rumah potong di tempat penyimpanan ternak Kha, dibuat oleh tukang daging Luwy."
Baca Juga: Sains Menghidupkan Kembali Nebiri, Mumi Mesir Kuno Berusia 3.500 Tahun
"Menurut sejarah, satu tahun setelah pot ini dibuat, kota itu ditinggalkan dan ibu kotanya dipindahkan ke Amarna," tulis Hawass pada akun Facebook miliknya. "Tapi apakah benar? Dan mengapa terjadi demikian? Dan apakah kota itu dihuni kembali ketika Tutankhamun kembali ke Thebes? Hanya penggalian lebih lanjut di daerah tersebut yang akan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi 3.500 tahun silam."
Hawass menambahkan catatan yang menarik: "Pekerjaan sedang berlangsung dan misinya mengharapkan untuk mengungkap kuburan tak tersentuh yang penuh dengan harta karun."
Para arkeolog telah menemukan sekumpulan kuburan batu Mesir Kuno, yang menjanjikan, di sebuah pemakaman besar di utara pemukiman.