Temuan 'Kota Emas' Mesir Kuno Mengungkap Kejadian 3.500 Tahun Silam

By Fadhil Ramadhan, Minggu, 6 Juni 2021 | 08:00 WIB
Dinding-dinding bata lumpur berliku-liku setinggi sembilan kaki yang ditemukan di situs "kota emas Luxor yang hilang". (ZAHI HAWASS)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah tim dari Arkeolog Mesir telah menemukan apa yang oleh orang-orang sebut sebagai industri raksasa kota metropolitan di utara Luxor—pada zaman modern—yang menggabungkan apa yang orang dahulu sebut sebagai kota Mesir Kuno Thebes (alias Waset).

Para arkeolog menjuluki situs tersebut sebagai "kota emas Luxor yang hilang". Mereka percaya, situs tersebut mungkin telah dikhususkan untuk pembuatan artefak dekoratif, furnitur, dan tembikar, juga barang-barang lainnya.

Prasasti hieroglif yang ditemukan pada tutup bejana anggur berbahan tanah liat di situs tersebut, berasal dari kota ini pada masa pemerintahan firaun dinasti ke-18 Amenhotep III (1386–1353 SM), yang sangat makmur pada masanya. Batu bata berbahan lumpur di situs tersebut juga ditandai dengan tanda ukiran khas Amenhotep III.

Terdapat lebih banyak patung Amenhotep III daripada firaun lainnya. Muminya baru ditemukan pada 1889.  Amenhotep III dimakamkan di Lembah Para Raja. Analisis mengungkapkan bahwa dia meninggal antara usia 40 - 50 tahun. Dan kemungkinan besar, dia menderita berbagai penyakit di tahun-tahun terakhirnya; radang sendi, obesitas, juga abses parah pada giginya.

Putra tertua dan ahli warisnya, Raja Mesir Thutmose, meninggal muda. Lalu tahta raja diberikan kepada putra keduanya, Amenhotep IV, yang segera mengubah namanya menjadi Akhenaten. Ratunya adalah Nefertiti, dan putranya yang pada akhirnya akan naik takhta, adalah bocah laki-laki yang terkenal bernama Tutankhamun.

Akhenaten menolak ajaran politeisme, yang didominasi oleh penyembahan “Amun”. Kemudian memutuskan untuk memulai agamanya sendiri dan menyembah “Aten”. Maka dari itu dia mengubah namanya dari Amenhotep IV menjadi Akhenaten (dan sekarang dikenal sebagai Amarna). Akhenaten juga memindahkan ibu kota dari kota Thebes ke ke lokasi baru yang sekarang menjadi kota Amarna, yang berada di antara Thebes dan Memphis.

Baca Juga: Tanda Perbatasan Pertama dalam Sejarah Ditemukan, Milik Raja Scorpion

Desember 1923, Makam Tutankhamun | Kain linen, dihiasi dengan 'roset' perunggu di dalam dinding kuil emas. (Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

Apakah dia seorang revolusioner yang visioner, atau seorang pemeluk agama yang fanatik? Mungkin tidak keduanya—beberapa sejarawan berpendapat bahwa memindahkan ibu kota mungkin lebih merupakan strategi politik dari pihak firaun baru, untuk melepaskan masyarakat Mesir dari cengkeraman para pendeta Amun. Seusai masa pemerintahannya, Tutankhamun naik takhta dan membawa ibu kota ke Memphis. Dia mengakhiri pemberontakan ayahnya Akhenaten, juga memerintahkan pembangunan kuil dan tempat suci lebih banyak di Thebes.

"Tidak diragukan lagi; ini benar-benar penemuan yang fenomenal," kata Salima Ikram, seorang arkeolog yang memimpin Universitas Amerika di unit Egyptology Kairo, kepada National Geographic. "Ini gambaran singkat tentang waktu—Pompeii versi Mesir. Ini mengejutkan."

Betsy Bryan, seorang Egyptologist di Johns Hopkins University, menyebutnya sebagai "penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun."

Tim arkeolog yang diketuai oleh Zahi Hawass sangat antusias untuk menggali dan menemukan susunan batu bata dari lumpur, yang membentuk dinding zig-zag setinggi sembilan kaki. Dinding tersebut merupakan elemen langka dalam arsitektur Mesir kuno.

Mereka menemukan banyak artefak, seperti cincin, bejana tanah liat, puing-puing patung, alat tenun, juga kumbang besar (yang dianggap suci oleh masyarakat Mesir Kuno). Ditemukan pula ruang dapur, toko roti, dan area produksi batu bata lumpur. Terdapat satu area galian yang berisikan kerangka sapi atau banteng, sedangkan kerangka manusia ditemukan dalam posisi yang ganjil; posisi tangan meregang ke belakang, dan terdapat sisa-sisa tali melingkari lutut.

Tim juga menemukan sebuah wadah berisikan daging berukuran kira-kira dua galon, bertuliskan "Tahun 37". Terungkap pula dua nama penduduk kota dan prasasti yang bertuliskan, "Daging yang telah dikuliti untuk festival Heb Sed ketiga, dari rumah potong di tempat penyimpanan ternak Kha, dibuat oleh tukang daging Luwy."

Baca Juga: Sains Menghidupkan Kembali Nebiri, Mumi Mesir Kuno Berusia 3.500 Tahun

Piramida Giza, Mesir. Temuan naskah papirus yang menunjukkan pola makan yang kaya nutrisi dari para pembangun piramida, bukti perawatan medis dan menerima tekstil sebagai bentuk pembayaran, telah membuat para ahli Mesir Kuno setuju bahwa para pekerja tersebut bukanlah orang-orang yang diperbudak. (Thinkstockphoto)

"Menurut sejarah, satu tahun setelah pot ini dibuat, kota itu ditinggalkan dan ibu kotanya dipindahkan ke Amarna," tulis Hawass pada akun Facebook miliknya. "Tapi apakah benar? Dan mengapa terjadi demikian? Dan apakah kota itu dihuni kembali ketika Tutankhamun kembali ke Thebes? Hanya penggalian lebih lanjut di daerah tersebut yang akan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi 3.500 tahun silam."

Hawass menambahkan catatan yang menarik: "Pekerjaan sedang berlangsung dan misinya mengharapkan untuk mengungkap kuburan tak tersentuh yang penuh dengan harta karun."

Para arkeolog telah menemukan sekumpulan kuburan batu Mesir Kuno, yang menjanjikan, di sebuah pemakaman besar di utara pemukiman.