Ratu Tiye, Salah Satu Wanita Paling Berpengaruh di Mesir Kuno

By Bella Jingga Ardilla, Minggu, 20 Juni 2021 | 12:30 WIB
Mumi "Nyonya Tua" yang diidentifikasi sebagai Ratu Tiye. (Wikimedia)

 

Berdasarakan laman historicaleve.com, Ratu Tiye merupakan permaisuri agung Amenhotep III dalam sejarah Mesir Kuno. Ratu Tiye sering disebut dalam beberapa panggilan yaitu, Tiy, Tiya, Tiyi, Teje atau Ty. Meskipun Tiye dan Firaun Amenhotep III menikah di usia muda, mereka saling melengkapi sejak pertama bertemu dan tidak pernah terpisahkan. Tiye menikah dengan Amenhotep III yang masih berusia sebelas atau dua belas tahun pada tahun kedua masa pemerintahannya.

Pada awal pernikahan mereka, Amenhotep III mengirimkan perhiasan kecil kepada para raja untuk mengumumkan permaisuri agung pertama serta Yuya dan Tjuyu sebagai orangtuanya. Tiye dikenal sebagai ratu yang cantik jelita sehingga Amenhotep III begitu memujanya.

Tidak hanya diam menikmati kejayaan sang suami, Tiye menjadi penasihat terpercaya Amenhotep III yang bijaksana, cerdas, kuat, kejam, dan disegani oleh banyak pejabat asing. Berdasarkan bantuan sang istri, Amenhotep III pun menjadi seorang negarawan yang hebat di Mesir Kuno.

Baca Juga: Mumi Amun Ra, Mumi Mesir Kuno Yang Membawa Selalu Kemalangan

Kepala Ratu Tiye (Wikimedia)

 

Wujud kecintaan Amenhotep III kepada istrinya diwujudkan dengan mendirikan istana, kuil di Nubia bahkan danau buatan yang monumental. Patung-patung Ratu Tiye juga selalu disejajarkan dengan patung raja. Amenhotep II memuji istrinya sebagai wanita yang anggun dan penuh dengan cinta. Yang mengisi istana dengan kecantikannya.

Dilansir dari laman worldhistory.org, pernikahan kedua pasangan muda Mesir Kuno yang dimabuk cinta tersebut menghasilkan enam orang anak yaitu dua anak laki-laki yaitu Thutmusis dan Amenhotep IV atau Akhenaten. Empat anak perempuan, yaitu Sitamen, Henuttaneb, Nebetah dan Baketaten. Mungkin juga bisa lebih banyak dari yang terdaftar dalam sejarah.

Dibalik pernikahan pasangan muda tersebut, tersirat sebuah strategi cerdas yang menguntungkan orangtua Tiye, Yuya dan Tjuyu. Sang ayah, Yuya, merupakan seorang pendeta dan pengawas lembu serta komandan kereta kuda. Sementara sang ibunda tercinta terlibat dalam berbagai kultus keagamaan dan memegang gelar ‘Kepala Penghibur’ atau ‘Penyanyi Kuil Amun’ yang menunjukkan bahwa ia adalah anggota keluarga kerajaan.