Para peneliti berharap bahwa cumi-cumi dapat membantu menjelaskan bagaimana mikroba pada hewan bereaksi terhadap penerbangan luar angkasa. Untuk itu NASA mengirimkan paralarva (bayi) cumi-cumi yang baru menetas ke luar angkasa untuk mempelajari bagaimana hubungan antara cumi-cumi dan sekelompok mikroba simbiosis dalam gaya berat mikro, sebagai bagoan dari penyelidikan penelitian yang disebut UMAMI (Understanding of Microgravity on Animal-Microbe Interactions).
Mikroba memainkan peran penting dalam perkembangan normal jaringan hewan dan menjaga kesehatan manusia.
"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba kita untuk menjaga kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan tubuh," kata peneliti UMAMI Jamie Foster dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak sepenuhnya memahami bagaimana penerbangan luar angkasa mengubah interaksi yang menguntungkan ini. Eksperimen UMAMI menggunakan cumi-cumi bobtail yang bersinar dalam gelap untuk mengatasi masalah penting dalam kesehatan hewan ini."
Baca Juga: Fosil Cumi-cumi Vampir Langka Ditemukan Kembali Setelah Lama 'Hilang'
Eksperimen ini terdiri dari dua Fluid Processing Cassettes (FPC) yang menampung grup eksperimen dan grup kontrol.
Kelompok paralarva cumi-cumi akan dinokulasi dengan air laut tersaring yang mengandung mikroba simbiosis bernama V. fischeri, kemudian diinkubasi selama 12 jam. FPC lainnya akan berisi cumi-cumi bersama dengan air laut yang disaring yang belum diolah dengan mikroba.
Setelah eksperimen berjalan, paralarva akan di-eutanasia dan sampel disimpan untuk dikembalikan ke bumi. Para ilmuwan berharap bahwa penyelidikan dapat mengarah pada cara-cara baru untuk menjaga kesehatan astronot dalam misi luar angkasa jangka panjang.
Ini juga dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang interaksi kompleks antara hewan dan mikroba yang menguntungkan, dan penemuan jalur baru yang digunakan mikroba untuk berkomunikasi dengan jaringan hewan.