Meskipun ISS kali ini tampaknya beruntung, masalah sampah antariksa tampaknya semakin meningkat. Tahun lalu, ISS harus melakukan manuver darurat tiga kali untuk menghindari tabrakan dengan sampah-sampah luar angkasa di ketinggian sekitar 400 kilometer (250 mil).
Sejak peluncuran Sputnik 1 pada tahun 1957, sampah-sampah luar angkasa telah menumpuk. Menurut laporan dari Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA), diperkirakan 130 juta fragmen material antropogenik yang lebih kecil dari satu milimeter mengorbit Bumi saat ini. Perkiraan itu tidak termasuk debu-debu luar angkasa alami.
Kebanyakan sampah antariksa tidak berbahaya. Namun mereka juga dapat menimbulkan masalah nyata. Sebagai contoh, pada Agustus 2016, sepotong puing menyebabkan lubang sebesar 40 sentimeter pada satelit Copernicus Sentinel-1A milik ESA.
Baca Juga: Pernah Dikira UFO, Oumuamua Kemungkinan Berasal dari Reruntuhan Planet
"Untuk terus mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan data yang dibawa oleh operasi-operasi di luar angkasa, sangat penting bagi kami untuk mencapai kepatuhan yang lebih baik terhadap pedoman mitigasi sampah-sampah luar angkasa yang ada dalam desain dan operasi pesawat luar angkasa," kata kepala Kantor Sampah Antariksa ESA, Tim Florer, tahun lalu.
"Ini tidak bisa cukup ditekankan --ini penting untuk penggunaan luar angkasa yang berkelanjutan."
Operasi robotika di ISS menggunakan Canadarm2 akan berlanjut sesuai rencana dalam waktu dekat, kata CSA. Namun NASA dan CSA akan terus mengumpulkan data untuk melakukan analisis peristiwa tersebut, baik untuk memahami bagaimana hal itu terjadi, dan untuk menilai risiko di masa depan.