Nationalgeographic.co.id—Hal yang tak terhindarkan telah terjadi. Sepotong sampah antariksa yang terlalu kecil untuk terlacak telah menghantam dan merusak bagian Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS). Bagian ISS yang rusak tersebut adalah lengan robot Canadarm2.
Instrumen tersebut masih bisa beroperasi. Namun hantaman sampah antariksa itu telah menembus selimut termal instrumen tersebut dan merusak bagian di dalamnya. Kejadian ini adalah pengingat yang serius bahwa masalah sampah antariksa di orbit rendah Bumi adalah bom waktu yang terus berdetak.
Badan-badan antariksa di seluruh dunia tentu sadar akan masalah sampah antariksa. Lebih dari 23.000 keping sampah antariksa sedang dilacak di orbit rendah Bumi untuk membantu satelit-satelit dan ISS menghindari tabrakan tersebut. Semua sampah antariksa yang sedang dilacak itu berukuran sebesar bola softball atau lebih besar.
Sampah antariksa di bawah ukuran bola softball terlalu kecil untuk dilacak. Namun sampah-sampah antariksa yang kecil itu, bila berterbangan dengan kecepatan orbit, masih dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada satelit maupun iSS, termasuk menghantam dan menembus pelat logam.
Canadarm2 sendiri secara resmi dikenal sebagai Sistem Manipulator Jarak Jauh Stasiun Luar Angkasa (Space Station Remote Manipulator System/SSRMS). Instrumen ini dirancang oleh Badan Antariksa Kanada (Canadian Space Agency/CSA).
Instrumen ini telah menjadi perlengkapan di stasiun luar angkasa selama 20 tahun. Ini adalah lengan robot titanium multi-sendi yang dapat membantu manuver objek di luar ISS, termasuk angkutan kargo, dan melakukan perawatan stasiun.
Baca Juga: Asal-Usul Oumuamua yang Disangka Kapal Alien Akhirnya Terjelaskan
Tidak jelas kapan tepatnya hantaman dari sampah luar angkasa itu terjadi. Kerusakan pada Canadarm2 pertama kali diketahui pada 12 Mei 2021, saat inspeksi rutin dilakukan. NASA dan CSA bekerja sama untuk mengambil gambar rinci dan menilai kerusakan tersebut.
"Terlepas dari dampaknya, hasil analisis yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa kinerja lengan tetap tidak terpengaruh," tulis CSA dalam sebuah postingan blog di laman resmi mereka seperti dikutip oleh Science Alert. "Kerusakan terbatas pada bagian kecil dari lengan robotik tersebut dan selimut termalnya. Canadarm2 terus melakukan operasi yang direncanakan."
Meskipun ISS kali ini tampaknya beruntung, masalah sampah antariksa tampaknya semakin meningkat. Tahun lalu, ISS harus melakukan manuver darurat tiga kali untuk menghindari tabrakan dengan sampah-sampah luar angkasa di ketinggian sekitar 400 kilometer (250 mil).
Sejak peluncuran Sputnik 1 pada tahun 1957, sampah-sampah luar angkasa telah menumpuk. Menurut laporan dari Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA), diperkirakan 130 juta fragmen material antropogenik yang lebih kecil dari satu milimeter mengorbit Bumi saat ini. Perkiraan itu tidak termasuk debu-debu luar angkasa alami.
Kebanyakan sampah antariksa tidak berbahaya. Namun mereka juga dapat menimbulkan masalah nyata. Sebagai contoh, pada Agustus 2016, sepotong puing menyebabkan lubang sebesar 40 sentimeter pada satelit Copernicus Sentinel-1A milik ESA.
Baca Juga: Pernah Dikira UFO, Oumuamua Kemungkinan Berasal dari Reruntuhan Planet
"Untuk terus mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan data yang dibawa oleh operasi-operasi di luar angkasa, sangat penting bagi kami untuk mencapai kepatuhan yang lebih baik terhadap pedoman mitigasi sampah-sampah luar angkasa yang ada dalam desain dan operasi pesawat luar angkasa," kata kepala Kantor Sampah Antariksa ESA, Tim Florer, tahun lalu.
"Ini tidak bisa cukup ditekankan --ini penting untuk penggunaan luar angkasa yang berkelanjutan."
Operasi robotika di ISS menggunakan Canadarm2 akan berlanjut sesuai rencana dalam waktu dekat, kata CSA. Namun NASA dan CSA akan terus mengumpulkan data untuk melakukan analisis peristiwa tersebut, baik untuk memahami bagaimana hal itu terjadi, dan untuk menilai risiko di masa depan.