Tan Malaka dan Ragam Nama Palsunya untuk Mengelabui Penjajah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 3 Juni 2021 | 23:30 WIB
Ibrahim Datoek Tan Malaka, kemungkinan saat berada di Belanda, 1922. (KITLV)

 

Elias Fuentes

Nama ini diketahui sebagai nama samaran pertama Tan Malaka pada Juni 1925. Dalam penyamaran itu ia bekerja sebagai seorang wartawan El Debate agar bisa masuk ke Manila, Filipina, dengan cara menyelundupkan diri ketika berangkat dari Kanton, Tiongkok.

Sosok Elias Fuentes ini, menurut Masykur Arif Rahman dalam Tan Malaka: Sebuah Biografi Lengkap, dapat dengan mudah masuk ke Filipina lewat kapal. Sebab penampilannya yang mirip orang Filipna asli, membuatnya dengan mudah lolos dari pemeriksaan.

Alasan ia ke Filipina tidak lain karena tubuhnya yang kurang membaik akibat iklim Kanton yang tak mendukung. Selain Elias Fuentes, nama samaran Tan Malaka adalah Estahislau Rivera, dan Alisio Rivera.

Baca Juga: Lawatan ke Kampung Tan: Dia Kembali Dikenal di Kampungnya Sendiri

Hasan Gozali

Tan Malaka menentang rencana pemberontakan PKI yang ingini dilakukan pada 1926/1927. Ia beranggapan rencana itu tidak tepat dengan kondisi partai yang masih belum matang.

Pandangan itu ia tulis kepada Alimin agar disampaikan ke Komitern PKI. Untuk memastikan pandangannya itu sampai ke tangan pusat, Tan Malaka yang kurang sehat datang ke Singapura menggunakan nama Hasan Gozali pada awal 1926.

Ternyata hasil perundingan gagal, dan Alimin malah pergi ke Moskow bersama Musso untuk mematangkan rencana pemberontakan.

Selanjutnya, Tan Malaka bersama pengikut setia pandangannya mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok pada Juli 1927. Partai ini berdiri untuk melanjudkan perjuangan rakyat dan buruh Indonesia setelah PKI hancur.

Baca Juga: Tan Malaka, Bangsawan dari Tanah Minang yang 'Bunuh Diri Kelas'

Tan Malaka berpidato saat pertemuan Persatuan Perjuangan pada 1946. (ANRI via Majalah Tempo)

Ossorio

Setelah kedatangannya ke Filipina, Tan Malaka dikejar-kejar oleh polisi Amerika Serikat dan Inggris. Ia harus melarikan diri lagi ke Amoy, dan disembunyikan oleh nahkoda kapal ketika dilakukan pemeriksaan kapal setelah mendarat di sana.

Kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya harus ke Sionching. Lalu menggunakankan nama Ossorio untuk berkelana lagi ke Shanghai. Identitas Ossorio adalah seorang wartawan Filipina untuk majalah Bankers Weekly.

Tan Ming Sion

Nama Tan Ming Sion digunakan Tan Malaka setelah Amoy dikuasai Jepang agar dapat pergi ke Burma. Sebelum tiba, polisi Inggris yang menguasai Burma mewanti-wanti adanya tokoh intelektual dari Tiongkok.

Untuk menghindari kecurigaan itu, ia bahkan membuang dua bukunya ke laut sebelum mendarat. Tindakannya ternyata tepat, lantaran setelah mendarat polisi menggeledahnya dan buku-bukunya, tak terkecuali kamus bahasa Inggris.

Di Burma, Tan Malaka hanya sebentar karena dananya yang menipis. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke Malaysia dan Singapura.

Baca Juga: Menelusuri Kapal Perang Dunia II Belanda yang Terbenam di Laut Jawa