Panji kehilangan cintanya bahkan seluruh hidupnya. Angreni adalah seorang istri yang setia “melayani” suami serta menyerahkan seluruh hidupnya. Namun, Angreni sadar bahwa kehadirannya merupakan bahaya dalam kehidupan Panji Kudawaningpati.
Cinta Angreni bukan egois, tetapi cinta yang memahami bahwa Panji adalah seorang putra mahkota. Panji harus mengemban tugas membangun citra dan menghindari permusuhan. Itu sebabnya, Angreni dengan pasrah menyerahkan hidup di ujung keris Brajanata. Angreni ikhlas!
Sedih, hampa, dan kehilangan harapan membuat Panji mencari kematian untuk dapat bertemu Angreni di surga. Ketika hendak membakar mayat sang istri, kejadian tak masuk akal terjadi, yaitu mayat Angreni musnah dan terdengar suara Hyang Narada dari langit yang mengatakan bahwa reinkarnasi sosok Angreni akan diturunkan di Nusakancana.
Baca Juga: Budaya Panji di Tatar Sunda, Meresap Ranah Islam dan Filosofis
Putus asa tetap merasuki jiwa Panji. Dengan tekad mencari kematian yang tetap menggebu, Klana Jayengsari, nama samara Panji, menyerang Bali. Namun, Bali menyerah dan memberikan sekar kedhaton Andayaprana untuk dijadikan istri oleh Panji. Suatu hari, Raja Kediri meminta pertolongan untuk menghalau musuh-musuh yang menyerang. Hal tersebut dikarenakan pinangan mereka atas Candrakirana yang ditolak.
Panji menjalankan janjinya dengan penuh keyakinan. Sehingga kerajaan-kerajaan yang menyerang Kerajaan Kediri pun menyerah dan mengaku kalah. Raja Kediri berterima kasih kepada Panji dengan menikahkannya dengan Candrakirana.