'Salju Darah' Bisa Jadi Kunci untuk Memahami Dampak Perubahan Iklim

By Utomo Priyambodo, Selasa, 8 Juni 2021 | 20:00 WIB
(Jean-Gabriel VALAY/JARDIN DU LAUTARET/UGA/CNRS)

Tidak jelas apakah, seperti halnya alga laut yang berkembang biak, perubahan iklim dan polusi akan menyebabkan salju merah lebih sering muncul, berpotensi merugikan organisme lain di lingkungan, kata Maréchal.

Pada titik ini, "apa yang kami pikirkan adalah bahwa alga mungkin merupakan penanda perubahan iklim." Jadi, pertumbuhan organisme ini bisa jadi mencerminkan peningkatan kadar karbon dioksida dan perubahan terkait di lingkungan, kata Maréchal.

Meskipun ini masuk akal, belum ada cukup data untuk benar-benar melacak bagaimana alga berubah seiring waktu. "Orang-orang yang akrab dengan pegunungan, mereka berkata, 'Oh, kami melihat semakin banyak salju merah.' Tapi kami tidak benar-benar mengukur [itu]," katanya. Jadi Maréchal dan timnya berangkat untuk mengisi kekosongan tersebut dalam literatur.

Dalam studi terbaru mereka, yang diterbitkan pada 7 Juni 2021 di jurnal Frontiers in Plant Science, tim mempelajari prevalensi spesies mikroalga di lima lokasi berbeda di Pegunungan Alpen Prancis. Lima lokasi tersebut mencakup ketinggian antara 4.000 dan 9.645 kaki atau antara 1.250 hingga 2.940 meter di atas permukaan laut.

Alga merah darah menyelimuti salju di dekat Vernadsky Research Base Antartika. (Andriy Zotov)

Mereka mengumpulkan sampel tanah dari situs-situs tersebut pada akhir musim panas 2016, setelah salju musiman mencair selama setahun. Beberapa anggota tim mengkhususkan diri dalam mengekstraksi DNA dari lingkungan, yang memungkinkan kelompok untuk menemukan materi genetik yang tersisa dari sel-sel alga yang mati dan rusak yang sebelumnya hidup di masing-masing lokasi.

"Orang-orang itu seperti polisi ilmiah; mereka dapat melacak keberadaan organisme dengan DNA yang ditinggalkan organisme itu," kata Maréchal. Tim mengeluarkan semua DNA alga dari sampel mereka, mengungkapkan spesies alga mana yang tumbuh di mana, berdasarkan ketinggian; survei juga mengisyaratkan kondisi lingkungan yang disukai setiap spesies.

Misalnya, alga dari genus Sanguina, yang dikenal sebagai penyebab salju merah, hanya muncul pada ketinggian 6.560 kaki atau 2.000 meter di atas permukaan laut dan lebih tinggi. Sementara itu, alga dalam genus Desmococcus dan Symbiochloris hanya muncul di ketinggian rendah, di bawah 4.920 kaki atau 1.500 meter.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Pulau Bali dan Seberat 1 Triliun Ton Mencair Hilang