Tempat Pembuangan Sampah Ini Jadi Lokasi Tambang Fosil Primata Purba

By Utomo Priyambodo, Rabu, 9 Juni 2021 | 20:05 WIB
tempat pembuangan sampah aktif terbesar di wilayah Catalunya, Spanyol, (Waga Energy)

Nationalgeographic.co.id—Fosil-fosil hewan purba sering kali ditemukan di tempat-tempat yang tak terduga. Salah satunya, tempat pembuangan sampah atau tempat pembuangan akhir (TPA).

Sebuah tempat pembuangan sampah di Spanyol menjadi tambang "harta karun" paleontologi yang menyimpan banyak fosil hewan purba. Beberapa di antaranya adalah sejumlah primata purba yang dianggap sebagai pendahulu kera dan manusia serta 85 spesies mamalia yang hidup berdampingan dengan para primata prasejarah tersebut.

Selama beberapa bulan terakhir, beberapa paleontolog menghabiskan beberapa malam dalam seminggu di Abocador de Can Mata, tempat pembuangan sampah aktif terbesar di wilayah Catalunya, Spanyol, itu untuk menggali lebih banyak fosil purba. Tujuh hari seminggu, 24 jam sehari, sejumlah ekskavator telah menancapkan cakar logam mereka ke dalam tanah dengan tergesa-gesa untuk membuat lubang dalam lagi untuk menampung sampah dari Barcelona dan sekitarnya tersebut.

Josep Robles adalah salah satu dari delapan ahli paleontologi yang bergiliran untuk mengawasi batu-batu tanah kuning kecoklatan yang dipindahkan oleh para penggali itu. Pada siang hari, aroma busuk yang memuakkan menarik kawanan burung camar. Kotoran-kotoran yang sekecil dan sehalus gula bubuk, naik ke langit seiring dengan setiap langkah Robles.

Pada malam hari ia mengenakan pakaian berlapis-lapis, lampu depan diikatkan ke helm proyeknya. Setiap kali dia melihat benda yang tampaknya mungkin merupakan fosil, dia melambaikan tangan ke operator ekskavator untuk berhenti menggali tanah, sementara dia menyelidiki objek itu lebih dekat.

Jika fosil itu masih terlihat menjanjikan, dia menutupinya dengan kertas perak yang mencolok dan membukanya lagi di pagi hari untuk menelitinya lebih lanjut. Kemudian dia mundur, memberikan instruksi dengan jelas, dan deru mesin akan dimulai sekali lagi.

Baca Juga: Spesies Baru Dinosaurus Ditemukan, Jadi Temuan Terbesar di Australia

Salah satu ahli paleontologi yang bekerja di Can Mata. (PAOLO VERZONE)

Tanah Can Mata menyimpan beragam fosil yang mencakup rentang waktu lebih dari satu juta tahun dalam periode Miosen, dari sekitar 11,2 juta hingga 12,5 juta tahun yang lalu. Sejak 2002, Robles dan para ahli paleontologi lainnya dari Catalan Institute of Paleontology Miquel Crusafont (ICP) di Autonomous University of Barcelona, ​​telah menemukan lebih dari 70.000 fosil dari periode ini. Fosil-fosil hewan itu termasuk kuda, badak, rusa, kerabat gajah yang disebut probocideas, kerabat awal panda raksasa, dan tupai terbang tertua di dunia. Ada juga banyak peninggalan purbakala dari hewan pengerat, burung, amfibi, dan reptil.

Namun di antara penemuan terpenting adalah fosil spesies primata yang tidak ditemukan di tempat lain selain di tempat pembuangan sampah tersebut. Spesies primata ini mungkin merupakan nenek moyang hominid atau pendahulu primata moderen seperti owa, kera besar, orangutan, gorila, simpanse, dan mungkin juga manusia.

Ada puluhan spesies hominid yang hidup selama periode Miosen Tengah. Mereka berasal dari Afrika, tetapi pada 12,5 juta tahun yang lalu, mereka juga muncul di Asia dan Eropa. Tulang-tulang primata yang ditemukan di Can Mata membantu mengisi gambaran dari suatu periode jauh di masa lalu kita yang, dalam banyak hal, tetap keruh.

“Can Mata telah memungkinkan kami untuk menunjukkan bahwa primata jauh lebih beragam dalam rentang waktu itu daripada yang diperkirakan sebelumnya,” kata David Alba, direktur ICP, seperti dilansir National Geographic.

Dan setiap petunjuk fosil baru membantu kita mengungkap beberapa misteri paling mendalam dari spesies kita: Siapakah kita? Dari mana kita berasal? Dan kapan kita mulai menjadi kita yang seperti ini?

Terletak sekitar 30 mil barat laut Barcelona, nama dan wialayh ​​​​Can Mata mendarat di peta fosil primata pada awal 1940-an ketika paleontolog Miquel Crusafont enemukan sebagian mandibula dan gigi kera besar Miosen di situs tersebut. Temuan selanjutnya membantu menetapkan Can Mata sebagai situs paleontologi yang terdokumentasi. Meskipun diketahui sebagai situs yang menyimpan banyak potensi fosil berharga, Can Mata telah beroperasi secara legal sebagai tempat pembuangan sampah sejak pertengahan 1980-an.

Baca Juga: Mengenal Ardi, Spesies yang Diduga sebagai Nenek Moyang Manusia

Salah satu fosil yang ditemukan di Can Mata. (PAOLO VERZONE)

 

Pada awal 2000-an, ketika operator situs Cespa Waste Management ingin menggali sel penampung sampah baru setidaknya sedalam 100 kaki, perusahaan tersebut diwajibkan berdasarkan Hukum Warisan Sejarah Spanyol untuk memastikan mesinnya tidak merusak fosil-fosil atau menguburnya di bawah gundukan sampah. Cespa mendekati beberapa ilmuwan yang menemukan fosil untuk mengawasi penggalian, dan mereka mengambil kesempatan untuk mengakses ke kedalaman tempat pembuangan sampah tersebut.

Pada tahun 2002, para paleontolog lepas Isaac Casanovas-Vilar, Jordi Galindo, dan Alba yang saat itu masih merupakan mahasiawa Ph.D. mulai memantau penggalian di Can Mata. Tiga minggu setelah bekerja, mereka menemukan gigi dinothere, kerabat gajah yang sangat besar dengan taring melengkung ke bawah. Menyelidiki tempat itu lebih dekat, mereka menemukan potongan tulang jari. “Saya terkejut, ini terlihat seperti primata,” kenang Alba.

Alba berlari ke mobilnya dan mengambil gips tangan kera Hispanopithecus yang telah punah, yang ditemukan di lembah terdekat. Para ahli paleontologi itu membandingkan keduanya tetapi masih tidak yakin apa yang mereka temukan. Selanjutnya mereka menemukan tiga fragmen gigi taring, yang direkatkan oleh Alba, dan setumpuk fragmen tulang kecil rapuh yang tersebar di dekat blok sedimen. Dengan kamera di tangan, Alba berbaring tengkurap untuk melihat bagian bawah blok itu dengan lebih baik.

Baca Juga: Tengkorak 'Broken Hill' Mengevaluasi Proses Evolusi Manusia Modern

Para paleontolog yang bekerja di Can Mata. (PAOLO VERZONE)

Dia terkejut menyadari bahwa dia berhadapan langsung dengan wajah kuno. “Kami bertiga, sangat gugup—kami nyaris tidak berbicara—mengangkatnya,” katanya. “Dan ada wajah Pierolapithecus yang menatap kami. Jadi itu adalah salah satu momen terbesar dalam hidup saya.”

Pierolapithecus catalaunicus, yang dijuluki Pau, adalah spesies baru kera besar yang mereka temukan. Berusia sekitar 12 juta tahun, ini adalah salah satu kerangka primata Miosen terlengkap yang pernah ditemukan. Tim melanjutkan untuk menggali dan akhirnya mendapatkan tulang tambahan dari dada, punggung bawah, dan pergelangan tangan hewan itu. Ini adalah fosil primata tertua yang diketahui menunjukkan bukti yang jelas tentang karakteristik unik kera dan manusia: makhluk yang berjalan tegak.

Tim di Can Mata juga sangat senang saat menemukan hominid baru lain yang disebut Anoiapithecus brevirostris, yang berasal dari sekitar 12 juta tahun yang lalu. Sebagian besar wajah primata itu menonjol, tetapi wajah pejantan yang membatu ini, yang dijuluki Lluc, sangat datar sehingga mengingatkan kita pada wajah dalam genus kita sendiri, Homo. Para peneliti mengusulkan bahwa ini adalah hasil dari evolusi konvergen, di mana karakteristik serupa berevolusi pada organisme yang tidak terkait atau terkait jauh.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Fosil Telur Berisi Bayi Dinosaurus

Lokasi penggalian di can Mata. (PAOLO VERZONE)

Kemudian pada tahun 2011 muncul fosil seekor Pliobates cataloniae betina yang dijuluki Laia. Spesies yang baru ditemukan ini hidup sekitar 11,6 juta tahun yang lalu, sekitar setengah juta tahun lebih muda dari Pau. Dia kecil, beratnya hampir sama dengan kucing rumahan, tetapi para ahli paleontologi terkejut menemukan bahwa dia memiliki beberapa ciri kera, seperti tulang pergelangan tangannya dan bentuk tengkoraknya yang mirip siamang.

Memahami akar kera besar penting untuk mengetahui asal usul hominin, taksa yang muncul setelah garis keturunan kita dan simpanse berpisah dari nenek moyang mereka yang sama enam juta hingga delapan juta tahun yang lalu. Garis keturunan manusia “tidak muncul begitu saja,” kata Alba. “Jadi kita perlu tahu dari mana mereka berevolusi.”

 

Baca Juga: Fosil Megalodon dan Hewan Laut Purba Lainnya Ditemukan di Sukabumi