Sebesar Kucing, Dua Spesies Baru Tupai Terbang Ditemukan di Himalaya

By Utomo Priyambodo, Kamis, 10 Juni 2021 | 20:02 WIB
Tupai terbang. ([Leah]/Flickr)

 

Julukan "tupai terbang" sebenarnya sedikit keliru. Hewan-hewan itu sebenarnya meluncur di antara batuan dan tebing gunung menggunakan kulit yang direntangkan—di antara kaki depan dan belakang mereka.

Ekornya yang panjang dan halus, seringkali sepanjang tubuhnya sendiri. Ekor ini bertindak sebagai kemudi dan dapat berfungsi sebagai payung saat hujan tiba-tiba turun. Ukuran tubuh hewan pengerat yang besar itu berfungsi untuk menghemat panas di pegunungan yang dingin, begitu pula fungsi bulungan yang lebat.

Semakin banyak Helgen dan koleganya Stephen Jackson belajar tentang tupai-tupai itu, semakin mereka percaya bahwa Himalaya akan menjadi rumah bagi lebih banyak tupai terbang berbulu raksasa daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Ketika kedua ilmuwan itu mengunjungi delapan museum di seluruh dunia untuk memeriksa 24 spesimen tupai berbulu, Helgen dan Jackson menemukan bahwa bentuk tengkorak tupai tersebut itu menunjukkan perbedaan besar dengan jenis tupai-tupai lainnya. Hewan itu segera diberi nama E. tibetensis.

Baca Juga: Ratusan Tulang Manusia Ditemukan di Danau Himalaya, Milik Siapa?

Tengkorak Eupetaurus, dari kiri ke kanan: E. cinereus (FLMNH 28583) dari Pakistan; E. tibetensisNML 19524, holotipe, dari Tibet; dan E. nivamonsKIZ 034190, holotipe, dari Yunnan. Bilah skala (di bawah setiap seri tengkorak): 2 cm. (Zoological Journal of the Linnean Society)

Tupai itu memiliki ujung hitam di ekornya, yang tidak dimiliki bagian bulu lainnya. Analisis DNA mengkonfirmasi bahwa sebenarnya ada dua spesies dari 24 spesimen tupai tersebut.

"Spesies-spesies ini telah menunggu di laci museum selama seratus tahun untuk mengungkap rahasia mereka," kata Melissa Roberts Hawkins, kurator mamalia dan ahli tupai di Smithsonian Institution.

Hawkins mengatakan bahwa melihat struktur tubuh dan genetika sangat penting dalam mempelajari tupai terbang karena “dua tupai dapat terlihat sangat berbeda dan menjadi spesies yang sama, dan dua tupai lainnya dapat terlihat identik tetapi dipisahkan oleh beberapa juta tahun evolusi.”

Karena informasi tersebut diperoleh dari spesimen museum dalam jumlah terbatas, Helgen mengatakan ukuran populasi dan ancaman spesies tupai-tupai berbulu ini tidak diketahui.

“Ini baru permulaan,” kata Helgen. “Sekarang setelah mereka diberi nama, para ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana mereka hidup.”