Laut Paratethys, Danau Purba Raksasa yang Pernah Ada di Eurasia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 10 Juni 2021 | 20:28 WIB
Permukaan Eruasia jutaan tahun lalu dengan Laut Paratethys. (Dan Valentin Palcu et al/Scientific Reports)

Laut Paratethys juga berperan dalam mengungkapkam bagaimana gajah, jerapah, dan mamalia besar lainnya dapat tersebar di penjuru dunia saat ini.

Berdasarkan laporan di Communications Earth & Environment 18 Mei lalu, penysutan danau raksasa ini mempengaruhi evolusi hewan darat, dan mengubah garis pantai yang baru lalu menjadi padang rumput.

Data temuan yang dimiliki para ilmuwan berdasakarkan catatan geologis di Iran barat, yang terbukti sedimennya mengalami perubahan iklim jangka panjang yang berulang. Di sana juga ditemukan catatan fosil terkait nenek moyang jerapah dan gajah hidup subur.

Sedangkan di belahan utara Laut Paratethys, para ilmuwan juga menemukan fosil nenek moyang domba dan kambing, bersama kijang purba di belahan utara Laut Paratethys.

Baca Juga: Pencarian Bahtera Nabi Nuh, Benarkah Berada di Turki?

 

Periode kering panjang yang dialami Laut Paratethys terjadi selama empat kali antara 6,25 juta dan 8,75 juta tahun yang lalu. Selama itu kemungkinan besar mendorong makhluk-makhluk darat bermigrasi dari barat daya ke Afrika, tulis para peneliti.

Di sanalah mereka berevolusi untuk menghasilkan pusparagam makhluk hidup yang membuat sabana Afrika terkenal saat ini.

Terakhir, Laut Paratethys tak ada lagi sekitar 6,7 juta dan 6,9 juta tahun yang lalu. Penyebab utamanya adalah erosi yang menciptakan jalur keluar di tepi barat daya danau, yang kini menjadi Laut Aegea antara Turki dan Yunani. Jalur keluar air itu sebelum terendam merupakan sungai pendek yang akhirnya bermuara ke Mediterania.

 Baca Juga: Kabar Benua yang Hilang: Petunjuk Ring of Fire dari Benua Zealandia