Ternyata, Pemakaman Korban Black Death Dilakukan Secara Hati-hati

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 18 Juni 2021 | 20:54 WIB
Perawatan pasien yang terpapar wabah Black Death di gereja paroki All Saint, Cambridge. (Mark Gridley)

Terbatas pada masalah itu, para ilmuwan pun tak begitu saja menyerah sehingga dapat menemukan bukti proses pemakaman korban pagebluk di penghujkung abad pertengahan itu.

Para ilmuwan dari Department of Archaeology at Cambridge University, telah mengidentifikasi keberadaan Yersina Pestis, patogen penyebab Black Death. Penemuan itu berdasarkan penelitian terhadap DNA dari gigi beberapa jenazah di pemakaman umat paroki sekitar Cambridge dan Clopton, Inggris.

Studi ini juga menunjukkan bahwa beberapa korban Black Death di Cambridge memang menerima penguburan massal.

"Secara keseluruhan, dari total 197 individu yang diskrining, sepuluh sampel dinyatakan positif Y. pestis, ditambah tiga kemungkinan lainnya (kemungkinan positif tetapi tidak memiliki cukup data untuk memastikan keberadaan patogen)," tulis para ilmuwan European Journal of ArchaeologyKamis (17/06/2021).

Baca Juga: Gereja Gotik Ini Berhias Tulang Belulang 30.000 Manusia Korban Wabah Hitam

Wabah Black Death. Pagebluk ini memakan banyak korban jiwa di Inggris. Tenaga rohaniawan dari gereja sekitar Cambridge mengubur korban secara hati-hati. (HISTORY)

"Delapan identifikasi positif dan dua sementara berasal dari pemakaman tunggal di pemakaman paroki normal dan tempat-tempat keagamaan, termasuk pemakaman paroki All Saints by the Castle, baik pemakaman dan rumah kapitel Biarawan Augustinian, dan paroki pedesaan Clopton."

Secara signifikan, diidentifikasi adanya Yersina Pestis pada beberapa jenazah umat paroki dari St Benedictus yang berdiri sekitar1000-1050. Mereka dikuburkan secara massal di parit besar di halaman gereja yang digali, dan diletakan secara hati-hati pada proses pemakamannya.

"Ada kemungkinan bahwa penguburan massal ini berhubungan dengan Maut Hitam karena kemungkinan terjadi sebelum awal/pertengahan 1350-an, tetapi kemungkinan terkait dengan wabah pada 1361–1362, 1369 dan 1374," tulis Craig Cessford dan tim.

Baca Juga: Mengapa Sepanjang Jalur Sutra Bisa Menyebarkan Pagebluk Antarbenua?