Bagaimana Budaya Barat Menjadi Ajang Anak Muda Menyinggung Orde Baru?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 22 Juni 2021 | 21:25 WIB
Potret album Koes Plus. Mereka pernah ditangkap dan lagu-lagunya dilarang beredar. Bahkan album piringan-piringan hitam mereka dihancurkan. (DISCOGS)

Kebiasaan menyadur lagu itu bisa dilihat oleh kreasi nyanyian Warkop DKI dalam film-filmnya. Grup Warkop DKI seperti Dono, Kasino, dan Indro, juga kerap menyentil pemerintah Orde Baru baik lewat film maupun siaran radio dalam celoteh mereka.

Bahkan Wakrop DKI sempat dilarang karena jumlah penontonnya mengalahkan film Pengkhianatan G 30 S PKI, ujar Indro dilansir dari Kompas.com

Perihal lagu, awalnya yang mendominasi awal 1970-an di Indonesia bernuansa mendayu-dayu dan terkesan cengeng yang dipelopori Koes Ploes, kata Tarigan. Tapi tiba-tiba banyak anak muda yang terpengaruh band Barat membuat lagu berbedam seperti progressive rock, dan disko.

"Dan ternyata, anak muda Indonesia sudah haus akan musik seperti itu, jadi laku. Begitu laku, jadi blueprint di era berikutnya," ujar Tarigan.

Di masa Orde Baru, Iwan Fals menjadi musisi fenomenal di kalangan anak muda akibat lagunya yang mengkritik pemerintah. ()

 

Keragaman ekspresi budaya populer anak muda masa Orde Baru sangat beragam dan luas. Pola ekspresinya berbeda-beda menurut selera, lokasi, kelas, penghasilan, pendidikan, dan sampai berapa dalamya seseorang tenggelam dalam arus budaya global, tulis Hooker.

Akibatnya, banyak anak-anak muda memunculkan slogan pada kaos oblong dan lirik musik rok.Kata-kata itu bernada ketidakpuasan atau menandakan sikap yang gila-gilaan.

Hal itu terbukti pada lagu "Surat Buat Wakil Rakyat" oleh Iwan Fals yang dirilis 1987. Penggalan lirik itu antara lain sebagai berikut:

Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyatWakil rakyat bukan paduan suara, hanya tahu nyanyian lagu 'setuju'

Akibatnya, album berjudul Wakil Rakyat ini meledak di pasaran menjelang pemilu karena liriknya yang merepresentasikan kondisi. Lagu-lagunya juga banyak yang mengkritik dan laku pada masanya seperti "Oemar Bakri", "Pesawat Tempur", dan "Bento".