Mengenal Lebih Dekat Mikrobioma, Jasad Renik si Penghuni Tubuh Manusia

By Fathia Yasmine, Senin, 28 Juni 2021 | 10:32 WIB
Ilustrasi saluran pencernaan manusia, tempat hidup mikrobioma di dalam tubuh (Dok. Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Saat ini, rempah menjadi andalah masyarakat Indonesia untuk membentuk kekebalan tubuh.

Selain upaya seperti menjaga pola hidup dan konsumsi suplemen modern, jamu-jamu yang berisi rempah Nusantara dikonsumsi juga untuk menangkal risiko sakit di masa pandemi.

Manfaat rempah dalam membangun kekebalan tubuh ternyata tak lepas sains. Seperti makanan dan obat-obatan modern, di dalam rempah terdapat mikrobioma yang menjaga keseimbangan kerja tubuh manusia.

Untuk mengupas tuntas hal tersebut, Nusantics bersama National Geographic Indonesia (NGI) lewat kampanye #SayaPilihBumi menggelar webinar bertajuk “Sains Mikrobioma dalam Tradisi Rempah Nusantara”. Webinar tersebut disiarkan melalui kanal YouTube Saya Pilih Bumi, Minggu (27/6/2021).

Baca Juga: Berjalan Kaki Antarnegara, Keniscayaan pada 250 Juta Tahun Lagi

Founder dan CEO Nusantics Sharlini Eriza Putri, dalam pemaparannya mengatakan bahwa makanan maupun obat tradisional mengandung berbagai mikrobioma yang berperan untuk membentuk keseimbangan dalam tubuh seseorang. 

“Pernah tidak kita bertanya, kenapa masyarakat di daerah atau wilayah terpencil rata-rata memiliki sistem imun tubuh yang bagus, enggak gampang sakit, padahal makanannya masih tradisional. Alasannya karena mikrobioma dari makanan tradisional tersebut,” kata Sharlini.

Sebagai informasi, mikrobioma merupakan kumpulan dari triliunan mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia. Mikrobioma tersebut terdiri dari bakteri, virus, fungi, hingga sel manusia atau gen di dalamnya.

Sharlini juga mengungkapkan akan pentingnya memahami peran mikrobioma di dalam tubuh manusia. Menurutnya, tanpa bantuan mikrobioma, tubuh manusia tidak akan bertahan hidup dengan sendirinya. Inilah alasan mengapa manusia tidak bisa lagi menganggap dirinya sebagai makhluk tunggal.

Baca Juga: Mengenal Gua Theopetra Yunani, Jadi Bangunan Tertua di Dunia

“Kita harus mengubah paradigma, karena sejatinya manusia tidak bisa hidup tanpa mikrobioma. Sebaliknya, kita sangat bergantung dengan mikrobioma,” ujar Sharlini.

Senada dengan Sharlini, Dosen Teknologi Pangan Universitas Bina Nusantara Inggrid Suryati Surono mengatakan, tubuh manusia merupakan planet bagi para mikrobioma. Dalam pemaparannya, Inggrid mengungkapkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 500 sampai 1.000 spesies mikrobioma.