Bagaimana Masa Depan Ribuan Jenis Tumbuhan Rempah Obat Indonesia?

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 29 Juni 2021 | 20:57 WIB
Dalam dunia kedokteran, rempah dan jamu mampu mencegah orang menjadi sakit. Rempah membuat sel-sel dan hormon dalam tubuh berkembang dengan baik. Sifatnya menjaga keseimbangan tubuh. (FREEPIK)

“Kunyit bahkan disebut sebagai a golden spice for life karena dapat dikonsumsi untuk berba­gai hal. Dari dapur hingga ke klinik. Di tingkat global, 38 persen kunyit digunakan sebagai makanan, 56 persen untuk keperluan medis,” papar Sri.

Meski tidak diperuntukkan untuk me­nyem­buhkan penyakit, rempah dan jamu mampu meningkatkan kekebalan tubuh. H. R. Muhammad Hardadi Airlangga, spesialis penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, mengungkapkan, dalam dunia kedokteran, rempah dan jamu mampu mencegah orang menjadi sakit. Rempah membuat sel-sel dan hormon dalam tubuh berkembang dengan baik. Sifatnya menjaga keseimbangan tubuh.

“Saya menganalogikan jamu seperti kita mau masuk ke dalam rumah, lalu rumah itu harus bersih. Pembersihan itu dilakukan oleh tanaman obat. Namun, ketika mau masuk rumah kita perlu kunci, itu adalah zat aktif atau obat-obatan yang kita ketahui saat ini. Dengan kata lain, tanaman obat dan jamu hanya membuat kondisi lebih baik dan terkontrol, menuju sehat fisik dan kemudian berdampak juga pada psikis,” jelas Hardadi.

Baca Juga: Orang Belanda Juga Gemar Minum Jamu dan Meneliti Khasiat Kegunaannya

Seorang pembeli memilih rempah untuk dijadikan jamu di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Selain bersifat preventif, tanaman obat juga bersifat rehabilitatif. Setelah masa krisis penyakit telah dilewati, jamu berperan memperbaiki kondisi tubuh. Para peneliti masih menyelidiki apakah jamu juga bisa menjadi terapi utama di masa depan.

Menurut Nuning S. Barwa, pengurus Dewan Rempah Indonesia, terdapat tiga jenis dalam perawatan kesehatan: modern, tradisional, dan alternatif. Jamu masuk ke dalam tradisional sehingga potensinya di mata dunia cukup besar.

Untuk memaksimalkan peran tersebut, Nuning mengatakan perlu adanya keunggulan teknologi. “Jika diproses dengan teknologi yang mumpuni dan ada nilai tambah dari produk jamu ini, maka harganya pun akan meningkat.”

Pemanfaatan teknologi inilah yang dilakukan oleh industri jamu di Indonesia. Rachmat Sarwono, pendiri dan Direktur Utama PT Industri Jamu Borobudur, mengatakan bahwa kunci utama kesuksesannya dalam mengembangkan produk jamu adalah selalu mengikuti perkembangan zaman dan berteknologi mutakhir.

Baca Juga: Cia Po, Jamu Asal Tionghoa yang Punya Banyak Khasiat Bagi tubuh