Seabad Sebelum Elon Musk, Ada Nama Fritz von Opel dan Valier

By Fikri Muhammad, Kamis, 1 Juli 2021 | 14:32 WIB
Fritz von Opel merayakan dengan memacu mobil roket RAK-2-nya di Berlin pada 23 Mei 1928. Gambar hitam-putih yang diwarnai. (Opel Mobil GmbH)

 

Seperti produsen mobil lain pada saat itu, perusahaan Opel memiliki andil dalam penerbangan awal. Pada 1909 ia memasang hadiah $4.000, kemungkinan untuk rekor jarak, dan pada 1912 memproduksi mesin pesawat 60-hp.

Tetapi pengenalan Fritz tentang roker datang pada 1927, ketika ia berkenalan dengan Austria Max Valier yang kemudian menjadi juara Eropa soal kemungkinan penerbangan luar angkasa

Kehidupan Valier telah berubah tiga tahun sebelumnya dengan membaca The Rocket into Interplanetary Space karya Herman Oberth, isinya tentang recnana terperinci pertama tentang bagaimana umat manusia dapat mencapai penerbangan luar angkasa dengan pemngembangan roket propelan cair yang didorong oleh oksigen cair dan alkohol atau oksigen cair dan hidrogen cair.

Seperti ide-ide Oberth, Valier menganggap buku itu "tidak dapat dipahami" oleh orang awam, karena dimuat dengan matematika tingkat lanjut. Akan tetapi, dia memahami signifikansi yang mencengangkan dari apa yang diusulkan Oberth: Roket berbahan cair, kunci sebenarnya untuk menjelajah ke tata surya dan seterusnya. 

Baca Juga: Hadapi Air Memanas, Nelayan Alaska Mulai Pertanian Regeneratif di Laut

RAK-2 meroket melewati tribun di Avus Speedway Berlin, yang diikuti asap. (Opel Mobil GmbH)

Oberth pada dasarnya adalah seorang ahli teori, Valier ingin melihat ide-idenya menjadi nyata. Maka pada pertengahan Juli 1924, Valier sudah memikirkan cara untuk membangun roket propelan cair eksperimental, meskipun baru pada 1927 dia mulai membuat program luar angkasanya sendiri.

Pada musim gugur 1927, Valier melirik Fritz von Opel dan pada 8 Desember, sebuah kontrak ditandatangani antara Valier dan von Opel untuk fase kemitraan dalam usaha menuju penerbangan roket manusia.

Juga ada Friedrich Sander, seorang pemilik perusahaan kembang api di Wesermünde, yang ikut menandatangani kontrak itu.

Di sana ia memproduksi roket berbahan bakar bubuk mesiu dengan tali penyelamat untuk operasi penyelamatan lepas pantai, serta roket sinyal untuk kapal dagang dan kapal lainnya.

 Baca Juga: Bepergian Jauh Lebih Nyaman dengan Mobil Besar, Mitos atau Fakta?