Nationalgeographic.co.id—Kalau Anda pernah merasa heran melihat beberapa orang suka sekali ngoceh, sebagian hewan tampaknya juga demikian terhadap sesamanya. Sebab, tak hanya manusia, beberapa binatang juga suka ngoceh.
Bagi manusia, bicara atau komunikasi adalah landasan hubungan kita dan bagian dari bagaimana kita bisa berfungsi dalam kehidupan kita sehari-hari. Begitu pula hewan, mereka mengeluarkan suara untuk mengeluarkan peringatan, menarik pasangan, memberi sinyal bahaya, menemukan satu sama lain, dan mempertahankan wilayah mereka. Sama seperti kita, pita suara mereka memenuhi banyak sekali tujuan yang meletakkan dasar sosial mereka dan memastikan kelangsungan hidup mereka.
Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya, dari semua hewan yang ada di Bumi, binatang apa yang paling cerewet atau suka bersuara?
Dalam kriteria untuk manusia, kita dapat mengukur "kecerewetan" dalam dua cara: jumlah waktu yang dihabiskan untuk menyuarakan, dan keragaman apa yang dikomunikasikan oleh suara-suara itu. Bagaimana ini berlaku untuk spesies yang bukan manusia? Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa tren umum pada spesies yang banyak bersuara, dan tren umum pada spesies yang lebih menyukai kehidupan yang lebih tenang.
Banyak orang mungkin berasumsi bahwa salah satu faktor pendorong komunikasi hewan adalah seberapa sosial spesies tersebut. Memang benar bahwa beberapa spesies yang sangat sosial juga lebih banyak bicara.
Misalnya, burung-burung quelea terus-menerus bersuara saat sedang terbang. Lalu ada mamalia seperti meerkat, makhluk kecil mirip luwak dari Afrika selatan, yang hidup dalam komunitas besar dan suka berteman yang secara kooperatif dalam membesarkan anak, mencari makan, dan mencari pemangsa.
"Ketika mereka mencari makan, mereka selalu mencicit, supaya semuanya tahu, 'Aku di sini; ini aku; semuanya baik-baik saja; tidak ada pemangsa di sekitar.' Mereka terus-menerus membuat panggilan kontak yang pelan dan lembut ini," kata Arik Kershenbaum, seorang ahli zoologi di University of Cambridge di Inggris yang mempelajari komunikasi vokal hewan dan menggunakan algoritma untuk menganalisis dan membandingkan suara mereka.
Baca Juga: Kecepatan Bumi Melebihi Pesawat Jet. Mengapa Kita Tak Merasakannya?
Tapi ini bukan sesuatu yang mutlak. Menjadi makhluk sosial tidak selalu berarti menjadi hewan banyak berkomunikasi, kata Kershenbaum. Sebab, bersuara juga ada risikonya.
"Kebanyakan hewan berusaha untuk tidak terlalu banyak bersuara, karena sebenarnya membutuhkan banyak energi," kata Kershenbaum seperti dikutip dari Live Science. Kershenbaum adalah penulis buku "The Zoologist's Guide to the Galaxy" terbitan Penguin Press tahun 2921 yang sebagian membahas komunikasi hewan.
Faktor lainnya adalah predasi. Suara membuat hewan berisiko untuk ditangkap oleh predator lain maupun manusia.
Ketika berbicara tentang komunikasi vokal, spesies sosial cenderung memiliki keragaman yang lebih besar dalam pesan yang mereka sampaikan, kata Kershenbaum. Sebagai aturan umum, hewan yang menyendiri perlu mengomunikasikan pesan yang lebih sederhana ke seluruh dunia, dibandingkan dengan hewan yang hidup dalam kelompok kooperatif di mana komunikasi diperlukan untuk mempertahankan hierarki sosial, mencari dan berbagi makanan, dan saling mengingatkan akan ancaman.
Baca Juga: Temuan Mumi Burung di Gurun Atacama Chile Singkap Sisi Gelap Manusia
"Anda dapat melihat bahwa jika Anda berada dalam kelompok kooperatif, mungkin ada lebih banyak hal untuk dikatakan daripada jika Anda hidup sendiri," ujar Kershenbaum.
Sebagian hewan seperti burung beo bisa meniru suara manusia dan spesies lainnya. Sebagian sebesar hewan lainnya hanya mengeluarkan suara-suara yang sama sekali tidak kita pahami.
Apa pun yang dikatakan para hewan itu, beberapa dari mereka jelas menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersuara daripada yang lain. Jadi siapakah binatang-binatang yang cerewet itu, dan apa yang membuat banyknya ocehan ini berharga untuk mereka?
Baca Juga: Ditemukan Kadar Polutan Beracun yang Tinggi Pada 83 Paus dan Lumba-lumba
Menurut Erich Jarvis, ahli saraf di The Rockefeller University di New York yang mempelajari burung-burung penyanyi. hewan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Mereka adalah para pembelajar nonvokal (atau "bawaan"), dan para pembelajar vokal yang belajar vokal dengan meniru suara. Hanya beberapa kelompok hewan yang termasuk dalam kelompok belajar vokal: manusia, spesies burung penyanyi, dan beberapa mamalia bukan manusia, termasuk lumba-lumba, paus, gajah, anjing laut, dan kelelawar.
Jadi, hewan apa yang layak mendapat gelar sebagai binatang paling cerewet di Bumi? "Tidak seorang pun yang saya kenal pernah benar-benar pergi ke sana dan menghitung semua spesies untuk mengatakan bahwa inilah jawabannya," kata Jarvis.
Namun jawaban singkatnya adalah bahwa kelompok hewan yang paling cerewet adalah anggota spesies yang belajar vokal, kata Jarvis. Kershenbaum membuat tebakan terpelajar bahwa di antara hewan-hewan yang belajar vokal ini, lumba-lumba akan menjadi pesaing kuat untuk gelar tersebut, berdasarkan penelitiannya. "Jika Anda pernah berada di air dengan lumba-lumba, hampir tidak pernah sepi," ucap Kershenbaum. "Mereka selalu, selalu bersuara."