Nationalgeographic.co.id—Lima puluh delapan orang tewas saat siang bolong di kota Ampatuan, Maguindanao, Filipina. Mayat mereka buru-buru dikubur di tiga kuburan dangkal di puncak bukit pada 2009.
Sebagian besar korban adalah bagian dari konvoi yang menuju ke kantor KPU setempat untuk mengajukan sertifikat pencalonan Wakil Walikota Buluan saat itu, Esmael "Toto" Mangudadatu. Dia mencalonkan diri melawan Datu Andal Ampatuan Jr , juga dikenal sebagai Unsay yang saat itu adalah walikota Kota Datu Unsay dan putra gubernur petahana, Andal Ampatuan Sr.
Saksi-saksi penuntut bersaksi melihat Unsay bersenjata lengkap dengan anggota-anggota keluarganya yang diduga sebagai tentara swasta menjaga pos-pos pemeriksaan di kota Ampatuan.
Penumpang konvoi Mangudadatu yang tidak bersenjata dibawa ke perbukitan Sitio Masalay. Unsay dan anak buahnya kemudian menembak para korban menggunakan senjata api berkekuatan tinggi. Berdasarkan memorandum yang diajukan oleh penutut ke pengadilan mereka disebutkan "membunuh mereka dengan cara yang kompetitif".
Akmad Esmael Abubakar, seorang petani dan warga Sitio Malating, mengaku melihat Unsay menembak seorang wanita di bagian mulutnya. Saksi lain, Norodin Mauyag, mengatakan seorang perempuan lainnya tertembak di antara kedua kakinya.