Pembantaian Maguindanao di Filipina, Puluhan Wartawan Mati Tewas

By Fikri Muhammad, Rabu, 7 Juli 2021 | 14:32 WIB
Saksi Sukarno Badal, yang mengaku bekerja untuk klan Ampatuan, mengatakan wartawan berada di dalam salah satu kendaraan ketika dihujani peluru. (Philipine Star) ()

Jauh sebelum diadili karena pertumpahan darah yang terkenal pada 2009 itu, orang Ampatuan sudah dikenal sebagai klan panglima perang yang kuat di Mindanao.

Keluarga dan tentara pribadinya, yang diduga terdiri 5.000 anggota milisi, polisi, dan militer, telah dikaitkan dengan pembunuhan, penyiksaan, penyerangan seksual, penculikan, dan kasus pelanggaran hak asasi manusia lainya menurut penyelidikan Human Right Watch.

Terdapat 52 dugaan kejahatan keluarga, namun polisi selalu gagal melakukan penyelidikan yang serius sehingga tidak ada yang pernah dikirim ke penjara. 

Satu kasus yang disebutkan oleh jaksa terjadi pada 1995. Ketika itu para saksi melihat anggota majelis Zaldy Ampatuan menembak Akas Paglala, yang sedang dalam perjalanan untuk mengajukan pencalonannya sebagai walikota Magonoy.

Andal Sr. mulai membangun kerajaan politiknya pada 1970-an setelah deklarasi darurat militer mendiang Presiden Ferdinand Marcos. Ia diangkat menjadi komandan unit paramiliter sebelum terpilih sebagai wakil walikota dan kemudian walikota Magonoy.

Kepala keluarga itu kemudian menjadi gubernur Maguindanao pada tahun 2000. Ia kemudian menamai lima kota dengan nama anggota keluarganya. Yakni Shariff Aguak, sebelumnya Magonoy, nama ayahnya. Begitu juga dengan nama Datu Unsay yang seusai dengan nama anaknya. 

Baca Juga: Pantai Wartawan Rajabasa, Sumber Air Panas yang Bercampur Air Laut