Ronald McNair, Lawan Rasisme dengan Menjadi Astronaut Challenger

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 12 Juli 2021 | 09:10 WIB
Astronot Ronald E. McNair dalam misi keempat pesawat Challenger, bertugas sebagai 'sutradara' dalam dokumenter misi itu. Misi ini juga membawa satelit Indonesia Palapa B. (NASA)

 

"Jadi, ketika dia berjalan di sana, semua orang menatapnya—karena semuanya orang kulit putih—dan mereka menatapnya dan berkata, 'Siapa orang Negro ini?'," kenang Carl McNair, kakak Ron, dikutip dari NPR.

Ron diusir oleh penjaga perpustakaan, tetapi dia tetap bertahan di sana. Tak ada pilihan lain bagi petugas perpustakaan untuk memanggil polisi dan ibunya. Ron lagi-lagi tetap bersikeras agar bisa meminjam buku, hingga akhirnya dia mendapatkannya.

Tekatnya itu membuat Ron akhirnya mendapatkan gelar sarjana di bidang fisika teknik secara cumlaude di North Carolina Agricultural and Technical State University pada 1971. 

Selanjutnya ia mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1976 di bidang fisika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Bahkan, Ron mendapatkan gelar doktor kehormatan dan menjadi staf fisika di Hughes Research Lab.

Pada 1978 dia terpilih sebagai tim astronaut NASA setelah diseleksi dari sekitar 10.000 pelamar. Ronald McNair sendiri selanjutnya terpilih sebagai tujuh awak pesawat Challenger

 

Baca Juga: Tantangan Besar NASA Selanjutnya? Mencuci Pakaian di Luar Angkasa

Pesawat Challenger dibawa ke tempat peluncuran terakhirnya pada September 1985 (Wikimedia)

Pada 3 Februari 1984, dalam misi keempat Challenger, yakni STS-41-B, dia juga turut meluncur sebagai astronaut. Misi ini bertujuan untuk mengorbitkan dua satelit komunikasi, salah satunya adalah Palapa B2.

"Saat masih muda, ada acara TV berjudul Star Trek," kata Carl menanggapi pencapaian saudaranya. "Sekarang, Star Trek ada di masa depan—dimana ada orang kulit hitam dan orang kulit putih yang bekerja sama."

Pukul 11.38 tanggal 28 Januari 1986, misi kesepuluh pesawat Challanger tiba. Misi ini sendiri bertujuan untuk meluncurkan satelit komunikasi TDRS-B, pengamatan komet, dan pengajaran tentang luar angkasa oleh Christa McAuliffe (Teacher in Space Project).

Baca Juga: Mitos seputar ledakan pesawat antariksa Challenger

Satu menit lebih setelah peluncuran misi kesepuluhnya pada 1986, pesawat Challanger hancur di angkasa menewaskan semua awak. (Kennedy Space Cente)

Rencananya, McNair juga akan memainkan saksofon sebagai rekaman musik di dalam misi ini.

Peluncuran ini disaksikan banyak orang saat itu karena membawa masyarakat sipil untuk pertama kalinya, dan terdiri dari kelompok yang beragam, termasuk orang Asia-Amerika pertama. Tujuan utama misi ini adalah untuk meluncurkan satelit komunikasi TDRS-B.

Naas, satu menit 13 detik dari peluncurannya, pesawat Challenger mengalami kesalahan teknis yang diawali dari munculnya nyala api hingga akhirnya meledak. Seketika itu juga ketujuh awak tewas dalam kecelekaan ini.

Untuk mengenang jasa mereka, presiden George W. Bush memberikan gelar kehormatan pada 2004. Sebuah monumen khusus Ronald McNair didirikan persis di dekat perpustakaan masa kecilnya, Lake City Public Library. McNair pun menjadi nama program beasiswa

Baca Juga: Tantangan Besar NASA Selanjutnya? Mencuci Pakaian di Luar Angkasa