Sang Dalang: Perdagangan Satwa Liar Asia

By , Rabu, 30 Desember 2009 | 11:44 WIB

Pada 14 September 1998, seorang warga Malaysia bertubuh kurus dan berkacamata Wong Keng Liang turun dari pesawat Japan Airlines dengan nomor penerbangan 12 di Bandara Internasional Me-xico City. Dia bercelana blue jeans belel, berjaket biru muda, dan mengenakan  kaus bergambar kepala iguana putih. George Morrison, agen kepala Special Operations, unit rahasia elite beranggota lima orang di US Fish and Wildlife Service, menyambut kedatangannya. Beberapa detik setelah ditangkap, Anson (nama Wong yang dikenal di kalangan pedagang satwa liar dan aparat penegak hukum di seluruh dunia) digiring menuruni tangga sambil diborgol oleh polisi Meksiko.!break!

Bagi Morrison dan timnya, Anson Wong  adalah kemenangan besar dalam karier mereka—menangkap penyelundup satwa langka, buronan paling dicari di dunia. Penangkapan Wong yang melibatkan otoritas Australia, Kanada, Meksiko, Selandia Baru, dan Amerika Serikat adalah kemenangan yang diraih berkat kerja keras, menjadi puncak operasi rahasia selama setengah dasawarsa yang hingga kini masih dipandang sebagai investigasi satwa liar internasional paling sukses yang pernah ada.

Sudah lama sekali di banyak negara (termasuk AS), menyatukan kata “satwa liar” dengan “kriminal” tidak lagi menjadi hal yang serius. Para jaksa federal di AS menginginkan Anson dinyatakan bersalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa penyelundup satwa liar adalah penjahat. Selain menuntut Anson menurut hukum AS, berdasarkan undang-undang perdagangan satwa liar yang dikenal dengan Lacey Act, mereka juga mendakwanya dengan tuduhan persekongkolan, penyelundupan yang diancam hukuman berat, dan pencucian uang.

Selama hampir dua tahun Anson berusaha menentang ekstradisi ke AS, tetapi akhirnya dia menandatangani perjanjian pengakuan bersalah agar mendapatkan hukuman yang lebih ringan (plea agreement), yaitu mengakui tindak kejahatan yang diancam hukuman maksimum 250 tahun penjara dan denda yang setara dengan 125 miliar rupiah. Pada 7 Juni 2001, hakim distrik AS menjatuhkan vonis 71 bulan penjara di penjara federal AS (potong masa tahanan yang telah dijalaninya selama 34 bulan), denda yang setara dengan 600 juta rupiah, dan melarangnya menjual satwa kepada siapapun di AS selama tiga tahun setelah keluar dari penjara.

Jika hakim itu mengira bahwa larangan bagi Anson Wong akan mempan, dia salah. Tidak lama setelah Anson ditangkap, istri sekaligus mitra bisnisnya Cheah Bing Shee mendirikan perusahaan baru CBS Wildlife yang mengekspor satwa liar ke AS saat si suami masih di dalam penjara. Perusahaan utama Anson, Sungai Rusa Wildlife, terus mengirim satwa liar, sekalipun ada larangan. Kini setelah bebas, Anson membuka usaha baru yang melibatkan satwa liar, sebuah kebun binatang yang dijanjikan akan menjadi perusahaannya yang paling berani.!break!

PERMAINAN ANGKANyaris mustahil menyebutkan nama spesies fauna atau flora di manapun di Bumi ini yang belum pernah diperdagangkan—legal maupun ilegal—untuk dimanfaatkan dagingnya, bulunya, kulitnya, kicauannya, atau nilai ornamennya, sebagai hewan peliharaan atau sebagai bahan ramuan untuk minyak wangi atau obat. Setiap tahun, China, AS, Eropa, dan Jepang membeli satwa liar bernilai triliunan rupiah dari sisi dunia yang kaya keanekaragaman hayatinya seperti Asia Tenggara, membuat taman nasional kosong melompong dan merampas alam bebas, kerap daerah seperti itu baru saja bisa diakses, yaitu di sepanjang jalur pembalakan di hutan.

Jalur menuju pasar biasanya dimulai tatkala pemburu atau petani miskin menangkap satwa untuk pedagang lokal yang meneruskannya melalui rantai distribusi. Di Asia, satwa liar sampai di meja pesta jamuan makan atau dijual di toko obat; di Barat, satwa liar dipajang di ruang tamu penggemar satwa eksotis. Memahami hitung-hitungan ekonomi usaha ini sama mudahnya seperti lelang benda seni: semakin langka bendanya, semakin mahal harganya.

Meski tidak ada yang tahu persis seberapa luas jangkauan perdagangan satwa liar ilegal, yang pasti, bisnis ini amat menguntungkan. Para penyelundup berhasil mengakali pemeriksaan dengan menyembunyikan satwa liar ilegal dalam pengapalan legal, menyuap pejabat yang menangani urusan satwa liar dan pejabat pabean, dan mengubah dokumen perdagangan. Hanya sedikit yang berhasil ditangkap dan biasanya hukum-annya tidak lebih berat dari-pada denda parkir. Perdagangan gelap satwa liar boleh dikatakan merupakan bentuk per-dagangan ilegal paling menguntungkan.

Para penyelundup juga memanfaatkan celah dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Dengan 175 negara anggota, CITES adalah kesepakatan utama tingkat dunia yang melindungi satwa liar yang dikategorikan menjadi tiga kelompok. Satwa yang tercantum dalam Apendiks I seperti harimau dan orangutan diperkirakan sudah nyaris punah sehingga perdagangan untuk kepentingan komersial dilarang. Satwa dalam Apendiks II tidak serentan Apendiks I dan boleh diperdagangkan se-telah ada izin. Sedangkan yang tercantum dalam Apendiks III dilindungi oleh undang-undang suatu negara yang menambahkannya ke dalam daftar. Kesepakatan CITES punya satu titik kelemahan: Spesimen yang dibudidayakan atau ditangkar tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana yang hidup di alam liar.!break!

Pendukung penangkaran berpendapat, penangkaran dapat mengendurkan tekanan terhadap populasi yang hidup di alam liar, menurunkan angka penyelundupan, sekaligus memenuhi permintaan internasional yang takkan pernah surut. Akan tetapi, semua keunggulan ini hanya berlaku di negara-negara yang punya kebijakan penegakan hukum yang cukup kuat untuk menghalangi pelanggar hukum. Kenyataannya, para penyelundup men-dirikan fasilitas penangkaran palsu, lalu meng-klaim fauna dan flora yang diperoleh dari alam sebagai hasil penangkaran. Penangkaran palsu ini hanyalah salah satu cara Anson Wong untuk menjalankan bisnis yang merupakan tameng rahasia untuk salah satu sindikat penyelundupan satwa liar terbesar di dunia.

Sekarang, pedagang reptil paling terkenal di dunia yang sudah pernah dihukum itu menyusun rencana baru yang mungkin sekali menimbulkan konsekuensi meresahkan untuk salah satu satwa karismatik paling dihormati—dan terancam punah—di planet ini: harimau.

OPERASI BUNGLONOperasi Khusus mulai memburu Anson Wong pada musim gugur 1993. Operasi ini membanggakan diri dalam hal mematahkan para penyelundup komersial berskala besar.

Pada 1990-an, reptil ilegal tumpah ruah memasuki AS. Harganya melesat naik—setara 200 juta rupiah atau lebih untuk seekor kura-kura langka atau komodo. Reptil bisa diselundupkan dengan mudah: ukuran tubuhnya kecil (setidaknya saat bayi), tahan banting, dan karena metabolismenya berdarah dingin, dapat bertahan hidup lama tanpa makan atau minum. Karena sangat berharga dan mudah diangkut, reptil adalah barang paling berharga dalam perdagangan satwa.!break!