Para informan sudah bertahun-tahun menyebut-nyebut nama Anson Wong dan tim Operasi Khusus menduga, dialah tokoh sentral tingkat dunia dalam perdagangan reptil ilegal. Anson sudah menjadi buronan di AS karena menyelundupkan reptil langka ke seorang penadah Florida pada akhir 1980-an. Kabarnya, dia sendiri juga sangat menyadari statusnya sebagai buronan. Untuk menangkapnya, tim harus menyusun rencana cerdik.
Agen Khusus Morrison yang ditugasi menjadi pemimpin dan atasannya, agen khusus Rick Leach, menyewa tempat di sebuah kompleks bisnis di luar San Francisco. Mereka lalu mendirikan perusahaan grosir baru Pac Rim dengan hanya mem-perdagangkan barang yang mereka miliki, yaitu satu truk penuh kerang dan karang batu yang diperoleh dari penyelidikan sebelumnya. Mereka mengiklankan barang dagangan itu dalam majalah dan saat pesanan yang sah diterima, mereka mengerjakan sendiri pengemasan dan pemberian label kerang pesanan tersebut.
Untuk mendukung Pac Rim, tim membuka bisnis eceran bernama Silver State Exotics di luar Reno, Nevada. Gabungan kedua perusahaan ini menyebabkan para agen bisa memasuki lingkaran kehidupan ekonomi—mereka bisa mengimpor satwa dalam jumlah besar untuk grosir melalui Pac Rim dan menjual secara eceran satwa yang tidak diperlukan sebagai barang bukti melalui Silver State Exotics. Kegiatan ini menyebabkan Pac Rim tampil sebagai bisnis global (dan sumber penghasilan) yang tumbuh pesat. Pada 19 Oktober 1995, Morrison mengirim faks ke perusahaan Anson, Sungai Rusa Wildlife, menjelaskan bahwa dia adalah grosir kerang dan karang batu yang tertarik meluaskan bidang usahanya dengan memperdagangkan reptil dan amfibi. Anson menjawab dengan mengirimkan satu halaman daftar harga, menawarkan katak dan kodok berharga murah, di bawah 50.000 rupiah dan cicak seharga 3.000 rupiah. Semua disusun menurut nama Latin. Dalam salah satu kasus, Anson menggunakan namanya sendiri untuk suatu subspesies: ansoni. Dua satwa di dalam daftar itu tampak mencolok mata: kura-kura moncong babi dan soa payung yang dilindungi di seluruh rentang habitatnya di Papua Nugini, Indonesia, dan Australia. Jadi, dalam kontak pertama dengan Morrison yang sama sekali tidak dikenalnya itu, Anson sudah berani menawarkan satwa ilegal.
Dalam waktu singkat, Anson menawarkan Morrison reptil Apendiks I yang paling langka di planet ini dan paling berharga: komodo dari Indonesia, tuatara (Sphenodon spp.) dari Selandia Baru, aligator china (Alligator sinensis), dan kura-kura madagaskar Astrochelys yniphora, satwa langka yang paling langka. Dia menerbangkan komodo langsung ke Morrison dari Malaysia, disembunyikan dalam koper yang dibawa oleh rekannya warga AS James Burroughs. Dia mengirimkan kura-kura madagaskar Astrochelys radiata yang kaki-kakinya direkatkan ke dalam tempurungnya, dibungkus dengan kaus kaki hitam dan dikemas di bagian paling bawah dalam paket kiriman reptil legal.!break!
Morrison mengagumi ketangkasan Anson. Dia dapat mengatur penjualan kura-kura dari Peru tanpa pernah menyentuh satwa itu. Dia mempekerjakan pemburu gelap untuk membunuh satwa di suaka margasatwa di Selandia Baru. Dia memiliki bisnis satwa di Vietnam dan dia membanggakan kesanggupan untuk melaksanakan transaksinya dengan menggunakan otot para preman China.
Dalam jumlah besar, dia memanfaatkan kelonggaran CITES perihal penangkaran dan mengklaim bahwa satwa liar yang diekspornya adalah hasil penangkaran. Dalam salah satu tipu dayanya, Anson mengirimkan sejumlah besar kura-kura matahari india Geochelone elegans atau Testudo elegans melalui Dubai dan mengklaim bahwa satwa itu ditangkar di sana. Saat penyelidik memeriksa fasilitas penangkaran itu, yang ditemukan hanyalah sebuah toko bunga.
Anson meyakinkan Morrison bahwa mereka tidak perlu takut kepada pihak berwenang di Malaysia. Penyelundupan satwa di Malaysia diawasi oleh pabean serta Perlindungan Hidup-an Liar dan Taman Negara atau Perhilitan.
Suatu saat, Anson menawari Morrison 20 ekor ular sanca timor (Python timorensis) seharga 150 juta rupiah. Morrison mengatakan dia berminat, tetapi khawatir ular-ular itu tidak memiliki surat-surat CITES. “Surat-suratnya pasti ada,” kata Anson. “Akan kuatur kambing hitamnya agar dia ditangkap. Lalu ular akan disita dan dijual kepadaku oleh Perhilitan.”!break!
Kemudian, Anson menawari Morrison cula badak sumatra dan badak jawa, keduanya satwa terlarang dalam Apendiks I. Dia juga bisa mendapatkan aneka burung yang luar biasa, termasuk curik bali yang populasinya di alam diperkirakan kurang dari 150 ekor. Dia membanggakan macaw spix (Cyanopsitta spixii), burung yang diyakini sudah punah di alam dan mengklaim belum lama ini dia menjual tiga ekor. Harga seekor macaw spix di pasar gelap bisa mencapai satu miliar rupiah. Daftar panjangnya mencantumkan satwa langka ilegal yang mencengangkan, mencakup kulit panda dan macan tutul salju.
Menganggap Anson Wong sebagai penyelundup reptil saja merupakan kesalahan besar dan itu yang menyebabkan dia berkiprah di seluruh dunia dengan bebas. “Aku bisa mendapatkan apa saja di sini dari mana saja,” kata Anson dalam suratnya kepada Morrison. “Semuanya hanya tergantung pada seberapa besar bayaran orang-orang tertentu. Katakan saja apa yang Anda inginkan, akan kupertimbangkan risikonya, lalu aku akan memberitahu Anda seberapa besar dana yang harus Anda sediakan.
“Aku tidak bisa disentuh,” kata Anson menyombongkan diri. “Aku bisa saja menjual panda—dan tidak terjadi apa-apa. Selama aku berada di sini, aku pasti aman.”
Akhirnya lima tahun kemudian dan setelah menghabiskan dana lima miliar rupiah untuk perdagangan ilegal, Morrison siap melabrak Benteng Malaysia, nama yang dia ciptakan untuk menjuluki markas Anson. Dia menawarkan kemitraan baru antara dirinya dengan Anson untuk membentuk semacam perusahaan yang mengkhususkan diri pada satwa paling langka di planet ini. “Satwa paling mahal yang sulit didapatkan,” jawab Anson. “Aku selalu menempatkan diri pada posisi itu sehingga orang akan menawarkan barangnya kepadaku terlebih dahulu sebelum menawarkannya ke pihak lain.” Dia menerima tawaran kemitraan itu. !break!