Lima Puluh Tahun di Gombe

By , Rabu, 6 Oktober 2010 | 10:30 WIB

Sebagian besar dari kita tidak merencanakan takdir dengan rapi. Namun, itulah yang dilakukan Jane Goodall.

Pada pagi hari tanggal 14 Juli 1960, Jane melangkah ke pesisir terpencil di pantai timur Danau Tanganyika. Itulah kedatangan pertamanya di tempat yang di kemudian hari dinamakan Gombe Stream Game Reserve, sebuah kawasan terlindung kecil. Dia membawa tenda, beberapa piring kaleng, cangkir tanpa pegangan, teropong yang sudah jelek, seorang koki Afrika bernama Dominic, dan—atas desakan orang-orang yang mencemaskan keselamatan dirinya—juga mengajak ibunya sebagai pendamping. Dia datang ke tempat itu untuk meneliti simpanse. Atau katakanlah, mencoba meneliti simpanse. Para pengamat yang tidak terlibat dalam penelitian ini memperkirakan Jane akan gagal. Namun, John Leakey, ahli paleontologi yang merekrutnya untuk bertugas di Nairobi, berpendapat sebaliknya.!break!

Sekelompok nelayan setempat menyambut rombongan Goodall dan membantunya membawakan perlengkapan. Jane dan ibunya menghabiskan siang itu menata perkemahan mereka. Kemudian, ada orang yang melaporkan melihat seekor simpanse. "Maka, kami pun berangkat," tulis Jane malam itu dalam jurnalnya, "dan memang ada simpanse." Dia hanya melihatnya sekilas dari jauh, tidak jelas. "Hewan itu menjauh saat kami menyaksikannya bersama-sama dengan kelompok nelayan, dan meskipun sudah memanjat lereng di dekat tempat itu, kami tidak melihatnya lagi." Tetapi, Jane mengamati, dan mencatat, bahwa beberapa ranting pohon yang bengkok tampak diratakan menjadi satu kesatuan di dalam sebatang pohon di dekat situ. Ini sarang simpanse. Tanggal itu, sarang pertama itu, menjadi titik awal dari perjalanan paling penting dalam bidang biologi lapangan modern:  penelitian 50 tahun yang berkesinambungan dan sangat terperinci yang dilakukan oleh Jane Goodall dan rekan-rekannya, tentang perilaku simpanse Gombe.

Sejarah ilmu pengetahuan, dengan daya pikat legenda dongeng, mencatat beberapa temuan sangat penting dan informasi yang mencengangkan dalam kisah itu. Goodall yang masih belia tidak memiliki pengalaman ilmiah ketika memulai penelitian ini. Bahkan, gelar sarjana S1 pun tidak.  Dia lulusan sekolah sekretaris dari Inggris. Otaknya cerdas dan memiliki motivasi tinggi. Jane, yang seorang penyayang binatang, juga bercita-cita meneliti simpanse di Afrika. Dia berasal dari keluarga yang terdiri atas beberapa orang perempuan berpendirian kuat, tidak berpunya, dan tidak mengenal ayah. Selama minggu-minggu awal di Gombe, dia berjuang, mencari-cari metodologi, kehilangan waktu karena terserang demam yang mungkin malaria.

Mula-mula dia hanya sempat melihat sekilas beberapa ekor simpanse, sampai kemudian seekor simpanse jantan yang sudah tua dengan bulu dagu beruban menunjukkan tanda-tanda memercayainya, dan hal ini sungguh mencengangkan. Dia menamai simpanse tua itu David Greybeard. Berkat David, Jane melakukan tiga pengamatan yang menggoyahkan teori antropologi fisik yang sudah lama berterima—ternyata simpanse (yang selama ini dianggap vegetarian), suka makan daging, dapat menggunakan alat (dahan tanaman yang ditusukkan ke gundukan rayap), dan membuat perkakas (membuang daun dari ranting), yang seharusnya merupakan sifat unik manusia, yakni berpikir sebelum bertindak (premeditasi). Setiap temuan itu selanjutnya mempersempit kesenjangan yang dianggap ada dalam hal kecerdasan dan budaya antara Homo sapiens dan Pan troglodytes.

Pengamatan tentang pembuatan perkakas adalah yang paling penting dari ketiga pengamatan Jane, menimbulkan kehebohan di dunia antropologi karena "manusia si pembuat perkakas” adalah keyakinan yang sudah berterima sebagai definisi yang boleh dikatakan unik bagi spesies kita. Louis Leakey, yang senang mendengar berita dari Jane, menulis kepadanya: "Sekarang kita harus mendefinisikan kembali 'perkakas,' mendefinisikan 'manusia', atau menerima simpanse sebagai manusia." Kalimat itu adalah kalimat yang tak terlupakan, menandai tahap baru yang sangat penting dalam pemikiran tentang hakikat manusia.  Hal lain yang menarik untuk diingat adalah bahwa, ketiga temuan yang paling terkenal itu diperoleh Jane dalam waktu empat bulan pertamanya di lapangan. Dia mendapatkan temuan dengan sangat cepat. Tetapi, ukuran nyata tentang penelitiannya di Gombe tidak dapat ditentukan dari sudut pandang yang sempit.!break!

Hal yang hebat tentang Gombe bukanlah bahwa Jane Goodall “mendefinisikan kembali” manusia, melainkan bahwa dia menetapkan standar yang sangat tinggi untuk penelitian perilaku kera di alam liar, berfokus pada karakteristik individual serta karakteristik sebagai pola kelompok. Dia menciptakan sebuah program penelitian, seperangkat tata cara dan etika, momentum intelektual—dia bahkan menciptakan hubungan antara dunia ilmiah dan komunitas simpanse—yang telah tumbuh jauh melampaui hal-hal yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan. Proyek Gombe meluas dalam banyak dimensi, mampu bertahan menghadapi berbagai kesulitan, dan dengan penuh gairah menggunakan berbagai metode (pemetaan lewat satelit, endokrinologi, genetika molekul) dan menjawab sejumlah pertanyaan yang bahkan di luar bidang perilaku satwa. Misalnya, teknik analisis molekul, mengungkapkan wawasan baru tentang hubungan genetik antara sesama simpanse dan kehadiran mikroba penyakit pada beberapa ekor di antara mereka. Namun, terlepas dari prestasi ilmiah yang memukau ini, pada ulang tahun emasnya, ada satu ironi yang menyedihkan: semakin banyak yang kita ketahui tentang simpanse Gombe, semakin banyak pula alasan bagi kita untuk mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka.

Setidaknya ada dua hal yang menimbulkan kekhawatiran. Pertama tentang geografi, dan yang kedua tentang penyakit. Populasi simpanse yang paling dicintai dan dikaji dengan baik di dunia ini terkucil di sebuah pulau dalam habitat yang terlalu sempit untuk kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang. Dan sekarang beberapa ekor tampaknya dalam keadaan sekarat karena terserang AIDS khas simpanse.

Cara meneliti simpanse, dan hal-hal yang bisa disimpulkan dari pengamatan perilaku mereka, telah dipikirkan oleh Jane Goodall sejak awal kariernya. Hal-hal tersebut mulai menjadi jelas setelah masa penelitiannya yang pertama di lapangan, ketika Louis Leakey mengutarakan gagasan cemerlangnya untuk “membentuk” kehidupan wanita peneliti itu: Louis menganjurkannya untuk mengikuti program doktor dalam bidang etologi (perilaku satwa) di Cambridge University.

Program doktor ini tampak mustahil karena dua alasan. Pertama, Jane tidak memiliki  gelar sarjana apa pun.  Kedua, dia selalu bercita-cita menjadi seorang pengkaji dan pencinta alam, atau mungkin wartawan, namun kata “ilmuwan” tidak pernah diangankannya. Setelah mendaftar di Cambridge, Jane mendapati dirinya bertentangan dengan para senior di departemen itu dan para tokoh terpandang di bidang itu. "Sungguh mengejutkan ketika mereka mengatakan bahwa semua yang saya lakukan itu salah. Semuanya." Pada saat itu Jane telah mengantongi data lapangan dari Gombe yang dikumpulkannya selama 15 bulan, sebagian besar diperoleh melalui pengamatan yang penuh kesabaran atas beberapa ekor simpanse yang masing-masing diberinya nama, seperti David Greybeard, Mike, Olly, dan Fifi. !break!

Personifikasi seperti itu dianggap sesuatu yang tidak bisa diterima di Cambridge; menganggap hewan yang bukan-manusia sebagai sosok yang masing-masing memiliki kepribadian dan emosi adalah  antropomorfisme, bukan etologi. "Untunglah, saya mengingat kembali guru saya yang pertama, ketika saya masih kecil, yang mengajarkan bahwa  anggapan seperti itu tidak benar." Guru pertama Jane adalah anjingnya, Rusty. "Jika kita bergaul akrab setiap hari dengan binatang yang memiliki otak yang cukup berkembang dengan baik, pasti kita menyadari bahwa binatang juga memiliki kepribadian." Secara terang-terangan Jane menentang pandangan umum pada saat itu—satu hal yang perlu diketahui tentang Jane yang berhati lembut adalah bahwa dia berpendirian teguh—dan pada 9 Februari 1966, namanya menjadi Dr. Jane Goodall.

Pada 1968, suaka margasatwa yang kecil itu berubah menjadi Gombe National Park Tanzania. Saat itu Jane menerima dana penelitian dari National Geographic Society. Dia sudah menikah, sudah menjadi ibu, dan terkenal di seluruh dunia, antara lain berkat artikelnya dalam majalah ini dan kehadirannya yang mantap dan memikat dalam film televisi, Miss Goodall and the Wild Chimpanzees. Dia melembagakan perkemahannya, untuk mendanai dan melestarikannya sebagai Gombe Stream Research Center atau GSRC. Pada 1971, ia menerbitkan In the Shadow of Man, pandangannya tentang penelitian dan petualangan awalnya di Gombe, yang menjadi buku laris. Kira-kira pada waktu yang sama, Jane mulai mengundang sejumlah mahasiswa dan peneliti pascasarjana untuk membantunya mengumpulkan data tentang simpanse dan penelitian lain di Gombe. Pengaruhnya pada primatologi modern, yang digembar-gemborkan oleh Leakey, dengan lebih bersahaja dikukuhkan oleh daftar panjang para alumni Gombe yang telah menggarap karya ilmiah penting.

Penelitian yang berlangsung selama 50 tahun itu mengalami satu gangguan yang traumatis. Pada 19 Mei 1975 malam, tiga pemuda Amerika dan seorang wanita Belanda diculik oleh tentara pemberontak yang menyeberangi Danau Tanganyika dari Zaire. Keempat sandera itu akhirnya dibebaskan, tetapi tampaknya tidak lagi aman bagi GSRC untuk menerima peneliti dan pembantu asing—demikian dijelaskan Anthony Collins kepada saya.