Satu-Dua Hal Soal Si Kembar

By , Kamis, 29 Desember 2011 | 13:55 WIB

Mereka datang berpasang-pasangan untuk menghadiri Festival Hari Kembar, yaitu maraton piknik, unjuk bakat, dan lomba kemiripan selama tiga hari, yang telah menjadi salah satu acara pertemuan orang kembar terbesar di dunia. !break!

Dave dan Don Wolf sudah bertahun-tahun me­ng­ikuti festival ini. Seperti sebagian besar orang kembar yang menghadirinya, mereka senang melewatkan waktu bersama. Bahkan, selama 18 tahun terakhir, kedua sopir truk berusia 53 tahun ini, dengan jenggot sedada yang serupa, telah mengemudi sejauh lima juta kilometer bersama-sama, mengangkut segala macam barang dari popok hingga sop kalengan dari tempat-tempat seperti San Francisco hingga ke New York.

Sementara salah satu mengemudi, satu lagi tidur di kasur di belakangnya. Mereka senang mendengar stasiun radio gospel coun­try yang sama di radio satelit, sama-sama ber­pandangan politik ultrakonservatif dan me­ngeluhkan pemerintah yang gemuk, dan mengunyah kudapan teman per­jalanan yang sama berupa pepperoni, apel, dan keju cheddar ringan. Saat tidak bekerja, mereka berburu atau memancing bersama. Itulah cara hidup yang mereka sukai.“Mungkin karena kami kembar,” kata Don.

Di festival ini mereka singgah di tenda penelitian yang disponsori oleh FBI, University of Notre Dame, dan West Virginia University. Di dalamnya, para teknisi memotret pasangan kembar dengan kamera resolusi tinggi, me­ngumpulkan sidik jari, dan memindai iris mata untuk menguji perangkat lunak pe­ngenal wajah terbaru mereka.

“Meskipun kembar identik tampak mirip bagi kita, sistem pencitraan digital dapat menemukan perbedaan kecil pada bintik wajah, pori-pori kulit, atau lengkung alis,” kata Patrick Flynn, ilmuwan komputer. Tetapi sejauh ini, katanya, sistem paling maju pun bisa keliru akibat perbedaan pencahayaan, mimik wajah, dan komplikasi lain.

Karena setengah wajah mereka tertutup jenggot, si kembar Wolf mempersulit pe­ngenalan wajah. Tampaknya mereka geli me­ngetahui itu. “Setelah dipotret,” kata Dave, “saya bertanya kepada satu orang di situ, jika saya melakukan kejahatan lalu pulang dan bercukur, apakah mereka dapat mengenali saya? Dia hanya menatap saya dan berkata, ‘Mungkin tidak. Tapi tolonglah jangan melakukan kejahatan.’”!break!

Alam dan Pengalaman

Dengan restu penyelenggara acara, sejumlah ilmuwan lain mendirikan gerai di tepi lahan fes­tival. Para peneliti dari Monell Chemical Senses Center meminta para kembar menyesap secangkir kecil alkohol untuk melihat apakah reaksi mereka sama terhadap cita rasanya.

Di sebelah mereka, para dokter dari University Hospitals di Cleveland menanyai para kembar perempuan tentang masalah kesehatan wanita. Di seberang lapangan, seorang dermatolog dari Procter & Gamble mewawancarai para kembar tentang kerusakan kulit.

Bagi para ilmuwan ini, juga para peneliti bio­medis di seluruh dunia, fenomena kembar me­rupakan peluang berharga untuk memahami pengaruh gen dan lingkungan—pengaruh alam dan pengalaman. Karena berasal dari satu sel telur yang terbuahi lalu terbelah menjadi dua, kembar identik memiliki kode genetis yang praktis sama. Perbedaan apa pun di antara mereka—salah satu memiliki kulit yang tampak lebih muda misalnya—pasti diakibatkan oleh faktor lingkungan, misalnya lebih jarang terpapar sinar matahari.

Selain itu, dengan membandingkan pe­ngalaman kembar identik dengan kembar fraternal, yang berasal dari dua sel telur dan rata-rata setengah DNA-nya sama, peneliti dapat mengukur sejauh apa gen kita memengaruhi hidup kita. Jika suatu penyakit lebih sering muncul bersamaan pada kembar identik dari­pada pada kembar fraternal, ini berarti ke­rentanan terhadap penyakit tersebut ditentukan oleh faktor keturunan, setidaknya sebagian.

Kedua alur penelitian ini—mempelajari per­bedaan antara kembar identik untuk mengetahui pengaruh lingkungan, dan membandingkan kembar identik dengan kembar fraternal untuk mengukur peran keturunan—penting untuk memahami interaksi antara alam dan pengalaman dalam menentukan kepribadian, perilaku, dan kerentanan kita terhadap penyakit.

Namun, akhir-akhir ini kajian kekembaran telah membantu ilmuwan untuk mencapai kesimpulan baru yang radikal: bahwa kekuatan yang berpengaruh bukan hanya alam dan pengalaman. Menurut bidang baru yang disebut epigenetika, ada faktor ketiga, yang dalam sebagian kasus menjadi jembatan antara lingkungan dan gen kita, dan dalam kasus lain berperan tunggal dalam membentuk diri kita.!break!