Apakah Ganja Bermanfaat Bagi Kita?

By , Senin, 25 April 2016 | 18:00 WIB

“Kami memutuskan ini tanpa pikir panjang,” kisah Meagan. “Seandainya tanaman yang mampu menyembuhkan Addy hanya tumbuh di Mars, saya pasti akan merakit pesawat ruang angkasa di halaman belakang.”

Ketika saya bertemu dengan keluarga Patrick pada akhir 2014, mereka telah menempati rumah baru mereka di sisi utara Colorado Springs. Kemajuan Addy sangat pesat. Sejak pertama mengonsumsi minyak CBD, ia tak pernah lagi dirawat di rumah sakit. Serangan itu sesekali datang—satu atau dua kali sehari—namun tidak seintens dulu. Bola matanya pun tidak bergerak-gerak liar sesering dulu. Ia lebih bisa menyimak. Juga tertawa. Ia sudah bisa memeluk dan menemukan kekuatan pita suaranya.

Kritikus beranggapan bahwa orang tua Realm of Caring menjadikan anak-anak mereka kelinci percobaan, karena kajian yang dilakukan belum cukup memadai. Bisa jadi banyak, atau sebagian besar, klaim kemajuan yang beredar adalah hasil dari efek psikologis semata. “Memang kami belum mengetahui efek jangka panjang dari CBD, dan kami perlu menelaahnya,” kata Meagan. “Namun saya bisa mengatakan ini kepada Anda. Tanpa CBD, Addy kami seolah tak bernyawa.” Ia mencatat, tak ada yang menyangsikan efek jangka panjang dari obat yang digunakan secara luas dan sempat diresepkan rutin untuk putrinya yang berusia dua tahun. “Asuransi kami menebus pembayaran obat itu tanpa ragu,” katanya. “Padahal obat itu sangat adiktif, beracun, mengubah putriku jadi zombie, dan benar-benar dapat membunuhnya. Namun obat itu justru amat legal. “

Thiele menjelaskan bahwa hasil awal kajian CBD sangat menggembirakan. “CBD bukanlah obat sakti yang menyembuhkan dalam sekejap—hasilnya pun tidak sama pada semua orang,” ia mewanti-wanti. “Namun saya terkesan. Jelas, CBD dapat menjadi pengobatan yang manjur bagi banyak orang. Ada beberapa anak dalam penelitian ini yang selama setahun lebih terbebas dari serangan kejang.”

Kini keluarga Patrick berada di tempat yang tepat—mereka lebih bahagia dibandingkan dengan bertahun-tahun yang lalu.

“Addy kami sudah kembali,” kata Meagan. “Dan saya sendiri pasti tak akan percaya bila tidak mengalaminya sendiri. Ganja bukanlah obat ajaib. Namun saya rasa obat ini wajib ada dalam opsi pengobatan setiap neurolog di sepenjuru negeri ini.”

!break!

AHLI GENETIKA

Membangun Peta

“Ganja tanaman yang sangat menarik dan bernilai,” komentar Nolan Kane, yang mengkhususkan diri di bidang biologi evolusi. “Tanaman ini sudah ada selama jutaan tahun, dan merupakan salah satu tanaman tertua manusia. Namun ada begitu banyak persoalan mendasar yang harus dijawab. Dari mana asalnya? Bagaimana dan mengapa tanaman ganja berevolusi? Bagaimana semua deretan senyawa ini bisa muncul? Kita  bahkan tidak tahu berapa banyak spesies ganja yang ada.”

Kami tengah berdiri di dalam rumah kaca laboratorium kampus University of Colorado Boulder, memandangi sepuluh tanaman ganja yang belum lama ini diterima Kane untuk tujuan penelitian. Tanaman itu tinggi dan bertangkai kecil bak remaja kurus nan canggung, sama sekali tidak serimbun tanaman memikat yang Hague pamerkan kepada saya. Tanaman ini, seperti hampir semua jenis ganja lainnya, mengandung kadar THC rendah.

Kehadirannya di sini, dalam sekat-sekat laboratorium universitas besar, menyiratkan tahun-tahun penuh polemik untuk memenangkan persetujuan federal dan universitas. Saat ini, Kane diizinkan menumbuhkan galur ganja saja. Bahan penelitiannya yang lain ialah DNA ganja yang disuplai petani Colorado; ia mengajari mereka metode mengekstrak DNA.

Kane menyentuh salah satu tanaman itu, mengaku bingung dengan larangan budidaya ganja komersial yang berlaku di AS. “Tanaman ganja menghasilkan serat dengan mutu yang tak tertandingi,” tegasnya. “Ganja adalah tanaman biomassa yang produktivitasnya sangat tinggi, mampu mengisi ulang tanah, dan tidak rakus pupuk. Setiap tahun kami mengimpor berton-ton ganja dari Tiongkok dan juga Kanada, namun karena masalah kebijakan federal, kita tak bisa menanamnya secara legal.

Sebagai ahli genetika, Kane mempelajari ganja dari perspektif yang unik—ia menyelidiki DNA-nya. Ia seorang pria pencinta alam yang memetakan genom ganja. Meski urutannya jauh lebih pendek, yaitu sekitar 800 juta nukleotida, baginya tanaman ganja jauh lebih menarik.

Sudah ada satu bagan genom ganja yang masih berantakan, sangat terfragmentasi, dan terpencar menjadi kira-kira 60.000 keping. Tujuan ambisius Kane, yang akan memakan waktu bertahun-tahun lamanya untuk dicapai, ialah merakit fragmen-fragmen ini dalam urutan yang benar.

“Analogi saya seperti ini: ada 60.000 halaman untuk bisa menjadi buku yang bagus, namun masih berserakan di lantai,” paparnya. “Kami belum tahu bagaimana halaman itu bisa disatukan untuk menyusun kisah yang indah.”

Banyak orang yang menantikan hasil akhir dari genom ganja tersebut. “Yah, tekanannya berbeda,” katanya, “karena pekerjaan ini akan berimplikasi besar, dan semua hal yang kami kerjakan di laboratorium ini diawasi oleh banyak pihak. Anda bisa merasakannya, bukan? Semuanya berharap upaya ini akan membuahkan hasil. “

Begitu pemetaannya beres, ahli genetika yang giat ini dapat memanfaatkannya dengan segudang cara, seperti membiakkan  galur yang mengandung lebih banyak kadar senyawa langka yang memiliki manfaat medis. “

Saat Kane menggiring saya mengitari laboratoriumnya, saya melihat keceriaan di wajahnya dan di wajah staf-staf yang masih muda. Tempat ini beraura seperti perusahaan rintisan. “Ada banyak sekali ilmu pengetahuan yang terbangun sedikit demi sedikit,” katanya, “namun dengan penelitian ganja ini, ilmu pengetahuan tak akan berkembang secara bertahap, tetapi pesat dan dramatis. Transformasi itu akan terjadi, bukan hanya dalam koridor pemahaman kita akan tanaman, melainkan juga akan diri kita—otak, neurologi, dan psikologi manusia.

Transformatif dalam biokimia senyawanya. Transformatif dalam dampaknya pada berbagai industri, termasuk obat-obatan, pertanian, dan bahan bakar hayati. Jangan-jangan pola makan kita pun berubah—biji ganja terbukti sebagai sumber minyak kaya protein yang amat sehat.”

Ganja, dalam istilah Kane, “mengandung berjuta kebaikan.”