Menghilangnya Grand Canyon

By , Kamis, 8 September 2016 | 11:30 WIB

“Jika tergelincir di sini, kamu tidak dapat berhenti. Kamu akan jatuh ke dalam jurang,” seru Rich Rudow. Dia tahu ini bukan tempat untuk menurunkan kewaspadaan. Kami berada di tebing yang tingginya sekitar 1.050 meter di atas Sungai Colorado di tepi Great Thumb Mesa, formasi bebatuan menakjubkan yang menyeruak keluar dari South Rim Grand Canyon ini, bagaikan haluan kapal raksasa. Ini salah satu tempat paling terpencil di ngarai ini, jarang terlihat bahkan oleh petualang ransel yang paling tangguh sekalipun. Jika sudah menjelajah hingga sejauh ini di Thumb, kita tidak mungkin turun ke sungai tanpa membawa peralatan mendaki. Persediaan makanan yang telah semakin berkurang dalam ransel membuat kita tidak mungkin melakukan perjalanan kembali, melalui jalur keberangkatan sepanjang delapan hari tersebut. Mau tak mau kita harus terus bergerak maju.

Di depan, langkan yang telah kami telusuri selama beberapa hari terakhir menghilang ke dalam lekukan atau ceruk yang cukup dalam di dinding ngarai. Tempat ini dikenal sebagai Owl Eyes, berkat dua lubang oval besar yang masuk ke dalam tebing yang ada di tengah ceruk. Selain rongga tengkorak yang terlihat jelas, Owl Eyes memendam kisah tragis. Hampir empat tahun silam, pada suatu hari di bulan Februari yang cerah, seorang wanita muda cantik, teman Rudow, sedang melintasi jalur ini ketika terjatuh dan menemui ajalnya.

Sekarang kami menatap daerah yang sama, dalam kondisi yang jauh lebih parah. Badai menerjang pada malam sebelumnya dan melapisi ngarai dengan salju setebal 23 sentimeter. Ini bukan pemandangan yang kami bayangkan saat memulai penjelajahan Grand Canyon dari ujung ke ujung ini.

Ini bukan petualangan yang layak dicoba orang berakal sehat. Tidak ada satu pun jalur atau serangkaian jalur yang membentang lurus di sepanjang North Rim atau South Rim. Cara paling efisien untuk melintasi ngarai adalah menyusuri Sungai Colorado, yang berkelok-kelok menembus ngarai sejauh 433 kilometer. Itulah sebabnya John Wesley Powell—yang memimpin penjelajahan ngarai pertama yang terdokumentasikan—melakukannya dengan berperahu.

Tempat ini telah menjadi tempat berlibur ratusan juta keluarga dari seluruh dunia, gambarnya diabadikan pada sekian banyak kartu pos yang tak terhitung jumlahnya.

Setelah keberhasilan Powell pada musim panas 1869, lebih dari satu abad berlalu, sebelum akhirnya ada orang yang melintasinya dengan berjalan kaki. Selama satu abad itu, ngarai telah berkembang dari cagar alam hutan menjadi monumen nasional, sampai akhirnya menjadi tempat wisata unggulan dalam National Park System dan dapat dikatakan menjadi lanskap paling dikenal dan dicintai di Amerika. Tempat ini telah menjadi tempat berlibur ratusan juta keluarga dari seluruh dunia, gambarnya diabadikan pada sekian banyak kartu pos yang tak terhitung jumlahnya. Namun, tidak seorang pun tahu cara melintasi keseluruhan ngarai itu hingga seorang  pemandu sungai berusia 25 tahun bernama Kenton Grua melintasinya pada musim dingin 1976, sekitar 65 tahun setelah manusia mencapai Kutub Utara dan Selatan, dan 23 tahun setelah manusia pertama kalinya mendaki puncak Gunung Everest.

Renungkan dan bayangkan seberapa rumit dan liarnya tempat ini sesungguhnya.

Tidak ada yang dapat memastikan dengan tepat jarak yang dilalui Grua, tetapi berkat teluk yang tak terhitung jumlahnya, dia mungkin telah berjalan lebih dari 1.100 km selama penjelajahannya yang berlangsung 37 hari melintasi sisi selatan sungai dari Lees Ferry ke Grand Wash Cliffs.

Dia tidak pernah memublikasikan keberhasilannya. Namun, saat berita tentang apa yang telah dilakukannya itu perlahan menyebar, tantangan baru terbuka bagi komunitas kecil pendaki beransel ekstrem, termasuk Rich Rudow. Pada musim gugur 2015, Rudow berhasil menyelesaikan ratusan kali perjalanan dan eksplorasi ngarai sempit di ngarai mahaluas tersebut dan merasa siap menjawab tantangan terbesar dalam hidupnya: perjalanan 57 hari dari timur ke barat melintasi sisi utara ngarai.

Pada saat Rudow dan dua rekannya siap untuk memulai perjalanan—hampir 40 tahun setelah perjalanan Grua—tidak lebih dari dua puluh empat orang sajalah yang mengimbangi keberhasilannya dengan melakukan serangkaian pendakian terpisah menyusuri ngarai, yang dikenal sebagai pendakian “per bagian”. Jumlah penjelajah yang berhasil menyelesaikan pendakian “berkesinambungan” dalam sekali perjalanan bahkan lebih sedikit lagi. Sebelum 2015, jumlah orang yang berhasil berdiri di bulan (12) lebih banyak daripada orang yang berhasil menyelesaikan pendakian berkesinambungan di Grand Canyon (delapan).

Proyek Escalade Tramway diusulkan akan dibangun di tepi barat tanah Navajo. Para pendukung mengatakan proyek itu akan mendatangkan pendapatan pariwisata untuk kawasan reservasi yang miskin. (Charles Preppernau, Staf NGM. Sumber: Grand Canyon Escalade; USGS)
Suku setempat menganggap Confluence, sebagai tempat keramat. Pengembang ingin membangun trem yang dapat mengantarkan 10.000 wisatawan per hari ke kompleks pertokoan dan pujasera di tepi sungai. (Pete McBride/National Geographic)

Ketika juru foto Pete McBride mendengar rencana Rudow, dia menghubunginya dan bertanya apakah kami boleh bergabung dengan kelompoknya. Saya dan Pete telah bertahun-tahun berperahu di ngarai, tetapi kami sangat tidak siap untuk menghadapi pengalaman yang akan kami alami. Satu-satunya penjelasan mengapa Rudow menyetujui usulan kami adalah karena dia tertarik pada alasan utama mengapa kami ingin melakukannya: menyelidiki laporan memerihatinkan yang kami dengar tentang masa depan ngarai, termasuk pengembangan wisata baru, peningkatan jumlah penerbangan helikopter, dan tambang uranium.

Sejak ngarai itu mulai dikenal warga Amerika, Grand Canyon telah menimbulkan dua reaksi utama: dorongan untuk melindunginya dan godaan untuk menambang uang darinya. Selama bertahun-tahun setelah ekspedisi Powell, para penambang bergegas mendatangi ngarai untuk menambang tembaga, seng, perak, dan asbes. Pada 1880-an, seorang taipan ingin mengubah dasar ngarai menjadi jalur kereta api untuk mengangkut batu bara dari Denver ke California. (Dia tenggelam di Sungai Colorado, bersama dengan dua anggota ekspedisi surveinya.)

Perjalanan melintasi Grand Canyon bukanlah hal yang masuk akal jika dilakukan dengan berjalan kaki.

Pada 1950-an, sebuah perusahaan tambang berusaha mengeruk kekayaan dengan membangun jalur kereta gantung raksasa untuk mengambil kotoran kelelawar dari sebuah gua dan menjualnya kepada petani mawar; tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Bahkan pernah ada rencana pemerintah untuk membangun sepasang bendungan hidroelektrik raksasa di pusat ngarai, proyek yang dapat mengubah sebagian besar Sungai Colorado menjadi serangkaian waduk.

Kampanye yang berhasil menghentikan proyek bendungan yang dipelopori Sierra Club pada 1960-an, mengusung pemikiran bahwa Grand Canyon tak boleh diusik. Namun, saya dan Pete mendengar adanya sejumlah proposal baru—banyak di antaranya diajukan oleh para pengusaha cerdik yang beroperasi tepat di luar batas ngarai di sejumlah daerah yang tidak dikuasai oleh National Park Service, tetapi di bawah U.S. Forest Service atau salah satu dari lima suku asli Amerika yang daerah reservat federalnya berada di sekitar ngarai. Dari keempat penjuru ngarai, berbagai ancaman, mulai dari pengembangan wisata kolosal dan wisata helikopter tanpa batas hingga tambang uranium, siap mencederai salah satu taman unggulan dunia.