Menghilangnya Grand Canyon

By , Kamis, 8 September 2016 | 11:30 WIB

Kata-kata itu, yang ditulis Abbey pada 1967, menghadirkan informasi mencekam karena alam liar Arches yang pernah dikaguminya kini dipenuhi begitu banyak pengunjung—1,4 juta orang pada 2015—sehingga pintu masuk ke taman harus dibuka tutup pada akhir pekan Memorial Day tahun lalu. Dan karena proyek bendungan, keajaiban Glen Canyon, yang dikatakan mampu menyaingi keindahan Grand Canyon, kini sudah berada di bawah permukaan air bendungan sepanjang 299 kilometer, yang dinamai menurut nama John Wesley Powell.

Seperti yang akan saya dan Pete temukan, perubahan yang sangat mirip dengan berbagai kekuatan yang telah diperingatkan Abbey—pertumbuhan, pengembangan, dan pengejaran uang—kini sedang berlangsung di dalam Grand Canyon.

Sekitar seratus kilometer ke arah hilir dari Lees Ferry, Sungai Colorado yang  cokelat kemerahan bertemu dengan anak sungai terbesarnya di dalam ngarai, sungai Little Colorado, yang airnya sering memantulkan warna pirus cemerlang. Tempat menyatunya kedua aliran sungai itu yang dikenal sebagai Confluence, memiliki makna spiritual mendalam bagi banyak penduduk asli Amerika yang tanah leluhurnya ada di dalam ngarai, termasuk suku Havasupai, Zuni, Hopi, dan Navajo.

Pada pagi 2 November, kami muncul di sisi utara sungai, memompa rakit kecil yang kami benamkan di dasar ransel, dan mendayung ke seberang, untuk memulai pendakian 1.050 meter  yang amat sulit,melalui serangkaian air terjun curam di tebing yang akhirnya mengantarkan kami ke bentang lingkar ngarai bagian timur dan perbatasan barat Reservat Navajo. Kami memilih rute ini karena posisinya sejajar dengan jalur yang akan digunakan sekelompok pengembang dari Scottsdale untuk membangun Escalade Tramway. Gondola bermuatan delapan orang akan mengantarkan wisatawan dari lingkar ngarai ke daerah di dekat tepi sungai, tempat para pengembang berencana mendirikan sebuah kompleks pertokoan, pujasera, dan amfiteater yang menghadap ke Confluence.

Jalur trem itu akan mampu mengantarkan sebanyak 10.000 orang per hari ke tempat yang sekarang jarang menjamu lebih dari beberapa puluh orang di hari musim panas pada umumnya, dan sering tidak dikunjungi siapa pun selama musim dingin. Pengembangan seperti itu di dalam ngarai belum pernah terjadi sebelumnya.

Kekuatan pendorong di balik proyek ini adalah R. Lamar Whitmer, konsultan politik yang berhasil membujuk sekelompok politisi Navajo bahwa hal itu akan mendatangkan pendapatan besar yang diperlukan suku mereka. Para penentang meliputi pakar lingkungan serta hampir setiap suku yang tinggal di wilayah itu, termasuk sekelompok anggota suku Navajo yang mengatakan bahwa Whitmer dan rekan-rekannya menipu beberapa rekan sesukunya untuk mendukung proyek tersebut dengan janji-janji menyesatkan. (Whitmer menyangkal dia telah menyesatkan siapa pun.)

Gondola bermuatan delapan orang akan mengantarkan wisatawan dari lingkar ngarai ke daerah di dekat tepi sungai, tempat para pengembang berencana mendirikan sebuah kompleks pertokoan, pujasera, dan amfiteater yang menghadap ke Confluence.

Kelompok ini menyebut dirinya Save the Confluence. Ketika salah seorang anggotanya, Renae Yellowhorse, mendapat kabar bahwa saya dan Pete akan muncul dari ngarai di tempat yang menghadap ke Confluence, dia menelepon seorang teman dan memintanya untuk mengantarnya sejauh 66 kilometer dari rumahnya di tepi barat Reservat Navajo, agar ia bisa berbagi panci berisi rebusan daging kambing tradisional dan menyampaikan pandangannya kepada kami.

Menurut Yellowhorse, reservat kini dipenuhi kabar burung bahwa Whitmer dan sekutunya sedang mengumpulkan para investor untuk membiayai proyek satu miliar dolar, sekaligus menjalin kerja sama baru dengan legislator Navajo dengan harapan dapat mengakhiri taktiknya mengelabui presiden Navajo, Russell Begaye, penentang utama proyek tersebut. “Kami tidak menentang pembangunan, tetapi proyek itu tidak tepat jika dilakukan di sini,” kata Yellowhorse. “Ketika cucu saya datang, saya ingin mereka melihat tempat ini sebagaimana nenek moyang saya melihatnya. Kami tidak ingin daerah ini dikembangkan—kami tidak ingin melihat Disneyland di tepi ngarai.”

Ternyata, teman yang telah mengantar Yellowhorse menemui kami, seorang pria bernama Roger Clark, dapat menjelaskan pernyataan itu secara lebih mendalam. Sebagai direktur program Grand Canyon Trust, kelompok konservasi yang menghabiskan 30 tahun berjuang melawan berbagai ancaman terhadap ngarai, Clark sangat mencemaskan rencana pembangunan ini. Namun, dia bahkan lebih khawatir bahwa proyek ini merupakan bagian dari lingkaran ancaman yang lebih besar lagi yang akan menghadirkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya atas keutuhan ngarai.

Salah satu isu lain yang menjadi perhatian Clark dan banyak ahli lingkungan lainnya adalah Tusayan, sebuah kota kecil yang berjarak tiga kilometer dari pintu masuk utama taman di South Rim. Tusayan telah diambil alih oleh konsorsium investor yang ingin mengubahnya menjadi sebuah sanggraloka, dengan kemungkinan dibangunnya ribuan rumah baru dan lebih dari 10.000 meter persegi ruang komersial, termasuk hotel mewah, spa kesehatan gaya Eropa, dan peternakan untuk wisatawan.

Semua ini akan membutuhkan banyak air. Para pengembang, yang dipimpin perusahaan Italia, Stilo, mengatakan mereka sedang mempertimbangkan cara untuk mendatangkan air, termasuk dengan kereta api atau pipa yang mengambil air dari Sungai Colorado. Namun, mereka juga memiliki izin untuk membuat sumur menembus South Rim yang kering untuk mengakses akuifer yang menjadi sumber dari sekian banyak mata air dan merembes jauh ke dalam Grand Canyon. Kantung-kantung kecil tempat air menetes dari celah di bebatuan gundul ini hanya mencakup kurang dari 0,01 persen dari luas permukaan di dalam ngarai, tetapi setiap oase kecil mendukung serangkaian kehidupan flora dan fauna yang kompleks. Para ahli biologi mengatakan bahwa apa pun yang mungkin mencemari mata air ini atau membuatnya mengering akan berdampak pada lingkungan ekologis penghuni ngarai.

Clark tidak mengetahuinya pada saat itu, tetapi U.S. Forest Service tak lama kemudian menolak untuk meninjau permohonan yang diajukan dewan kota untuk membuat jalan yang sangat penting untuk kelanjutan proyek tersebut. Namun, pendukung Tusayan ini sudah melewati banyak rintangan dan, jika mereka menemukan cara untuk menyingkirkan rintangan terakhir ini, tidak ada lagi yang dapat menghalangi mereka.