Lesbianisme di Biara: Benedetta Carlini & Tuduhan 'Sodomi Perempuan'

By Fikri Muhammad, Jumat, 30 Juli 2021 | 13:00 WIB
Untuk membantu memerangi iblisnya, Suster Bartolomea Crivellu ditunjuk sebagai pelayan Benedetta. Yang pada akhirnya memainkan peran penting dalam kehancuran Carlini pada akhirnya.(FILM BENEDETTA) ()

Nationalgeographic.co.id—Pada akhir 1970-an, sejarawan Judith Brown sedang meneliti keluarga Medici ketika dia menemukan penyelidikan gerejawi abad ketujuh belas yang misterius. Subjeknya adalah Mother Superior Benedetta Carlini, seorang biarawati Katolik Italia yang dituduh sesat dan melakukan hubungan seksual dengan wanita lain di biaranya, Suster Bartolomea Crivelli.

Brown memang terpesona dengan gagasan yang melanggar batas. Seperti tindakan seksual transgresif, melanggar peran seorang biarawati, dan melanggar peran seorang wanita.

Beberapa tahun setelahnya Brown menghasilkan buku pada 1986, Immodest Acts: The Life of a Lesbian Nun in Renaissance Italy. 

Buku karya Judith Brown, bertajuk 'Immodest Acts: The Life of a Lesbian Nun in Renaissance Italy' yang terbit pada 1986. Penemuan kisah yang menarik dan terdokumentasi dengan baik tentang Suster Benedetta Carlini, Kepala Biara Bunda Allah, oleh Judith C. Brown merupakan peristiwa penting dalam sejarah besar. Tidak hanya kisah yang terungkap dalam Immodest Acts tentang kebangkitan dan kejatuhan seorang wanita berpengaruh dalam komunitas gereja. Buku ini juga merupakan dokumentasi lesbianisme paling awal dalam sejarah Barat modern. (AMAZON)

Ketika dirilis, Immodest Acts memicu kontroversi pada penggunaan kata lesbian saat dua wanita berada dalam hubungan romantis atau seksual yang tak terduga. Karena kehidupan Carlini telah didokumentasikan oleh inkuisitor gerejawi laki-laki yang melawannya, sulit untuk memisahkan fiksi dan fakta.

Akan tetapi bagi Brown, yang menulis tentang wanita yang sering dilupakan sejarah, penting untuk membuka pertanyaan tentang seks di antara wanita. Tujuannya, untuk menceritakan kisah yang sering ditinggalkan dari narasi sejarah.

Carlini lahir pada 1590 dari keluarga menengah dari Vellano, sebuah desa pegunungan di Italia. Carlini dan ibunya hampir meninggal saat melahirkan. Namun doa dari ayahnya diyakini menyelamatkan mereka. Dia diberi nama Benedetta—diberkati—nama yang menandakan kehidupan religiusnya di masa depan. 

Baca Juga: Kisah Perselingkuhan Lancelot dan Guinevere dalam Legenda Arthurian

Ada sebuah hal umum yang terjadi untuk menghindari mas kawin yang mahal dan mengamankan keselamatan seorang wanita muda saat itu: Sebanyak sepuluh persen dari populasi wanita dewasa tinggal di biara. (WIKIMEDIA) ()

Ada sebuah hal umum yang terjadi untuk menghindari mas kawin yang mahal dan mengamankan keselamatan seorang wanita muda saat itu: Sebanyak sepuluh persen dari populasi wanita dewasa tinggal di biara, tulis Brown di artikel jurnal Lesbian Sexuality in Renaissance Italy: The Case of Sister Benedetta Carlini.

Kesan biara nampak seperti penjara, namun sejarawan E. Ann Matter, yang berfokus pada studi Kekristenan di abad pertengahan dan moderen awal, mengatakan pada sebuah wawancara. "Seluruh pandangan biara menjadi penjara menurut saya benar-benar dilebih-lebihkan. Kehidupan monastik adalah kehidupan yang sangat moderat."

Biarawati sering mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada wanita sekuler pada masa itu, termasuk belajar membaca dan menulis. Brian Levack, seorang profesor emeritus di University of Texas, yang fokus pada penelitian sihir mengatakan bahwa pendidikan ini memungkinkan mereka untuk membaca kasus tentang kerasukan. 

Hal ini bertepatan dengan kemampuan Carlini, yang muncul sejak usia muda. Menurut kisah, dia bisa menakuti seekor anjing hitam dan memerintahkan burung bulbul untuk bernyanyi. Kemampuan Carlini juga terungkap ketika ia berada di Pescia saat patung Perawan Maria dengan sendirinya jatuh ke arahnya saat sedang berdoa. 

Baca Juga: Simbol-simbol Relief Gereja Puh Sarang dalam Bingkai Hindu-Jawa

 

Pada 1613, Carlini mendapat pengelihatan mendaki "gunung kesempurnaan". Ia dikelilingi oleh binatang buas dan diselamatkan oleh Yesus. Seperti kata Brown, pengalaman mistiknya bisa dipandang sebagai "wahyu psikologis atau ilahi" atau "respons psikologis terhadap puasa". Yang jelas, Carlini berusaha untuk meninggalkan kenyamanan dunia untuk mencapai alam spiritual. 

Levack menambahkan bahwa itu bisa jadi interpretasi umum dari demoniac. Mengingat garis tipis antara intervensi iblis dan ilahi. Ada juga pandangan bahwa wanita dianggap lebih lemah dari pria karena rentan terhadap roh jahat. 

Atas pandangan itu, Carlini acap kali dituduh atas kesombongan dan hubungannya dengan Tuhan. Carlini sendiri mulai mengalami rasa sakit yang tak terdiagnosis, melabuhkan penderitaan spiritual yang dia rasakan di dunia fisik. Pandanganya, ada pria muda yang menarik dan memukulinya sampai hampir mati dan mencoba merusak jiwanya.

Hal itu membuat Carlini berpuasa semakin kuat dan penderitaannya membuahkan hasil. Dikatakan bahwa Yesus memintanya untuk menikah dengannya pada hari Tritunggal Mahakudus. Itu adalah perkawinan mistik yang jarang terjadi. Carlini mungkin terinspirasi oleh santa favorinya, Cahterine dari Sienna, tulis Hannah Steinkopf-Frank di JSTOR Daily.

Untuk membantu memerangi iblisnya, Suster Bartolomea Crivellu ditunjuk sebagai pelayannya. Yang pada akhirnya memainkan peran penting dalam kehancuran Carlini pada akhirnya.

Baca Juga: Sisa Bangunan dan Benda Peninggalan Kristen Kuno Ditemukan di Mesir

Fil bertajuk 'Benedetta' bergenre drama, roman, dan sejarah.Film ini turut memeriahkan Festival de Cannes di Paris, 2019. (CINEMAN)

Carlini melanjutkan kehidupan sebagai kepala biara dan mistikus yang mempertahankan tuntutan administratif dan spiritual biara. Pengelihatanya mejadi lebih mengerikan, ia meninggal dan pergi ke Api Penyucian. Namun ketegangan di dalam biara Theatine, khususnya meningkatnya kekuasaan Carlini, menarik perhatian seorang nunsius kepausan baru di Florence, yang mengirim pejabat untuk menyelidiki Carlini. 

Dalam laporan mereka, para penyelidik mengkritik Carlini yang menggunakan bahasa tak sipan dan mesum. Juga ia menampilkan kesombongan atas pernikahan mistiknya. Tapi yang paling memberatkan adalah pengakuan Bartolomea Crivelli yang menggambarkan hubunganya selama lebih dari dua tahun. 

Mereka bertemu di malam hari atau di ruang kerja Carlini. Dengan kedok mengajar Crivelli membaca, Carlini akan memulai menciumnya, seolah-olah dia laki-laki, mengucapkan kata-kata cinta kepadanya. 

Para penyelidik memperdebatkan bagaimana menafsirkan tindakan mereka: apakah itu molitia (masturbasi bersama) atau apakah itu mencapai sodomi wanita? Carlini pun menyalahkan penglihatannya.

Satu-satunya dokumentasi lebih lanjut dari Carlini adalah catatan Agustus 1661 dalam buku harian biarawati yang tak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa Carlini meninggal pada usia 71 karena demam dan sakit perut setelah 35 tahun di penjara. 

Biarawati itu menambahkan bahwa Carlini "selalu populer di kalangan awam".

Sebenarnya Carlini menderita hukuman yang relatif kecil, jika tuduhannya melakukan sodomi, dia dan Crivelli bisa dibakar di tiang pancang. Bahkan tidak ada bukti Crivelli dipenjara. Bisa dibilang pengaruh agama dan budaya Carlini yang memengaruhi hukumannya, bukan seksualitasnya.

Dalam kematian, Carlini masih dihormati. Sebelum pemakamannya, pintu gereja ditutup untuk menghindari massa. Penduduk kota ingin melihat dan menyentuh tubuhnya, atau mengambil barang peninggalannya sebagai orang yang dianggap suci. 

Kisah Carlini kemungkinan besar akan hilang dari sejarah jika bukan karena penemuan Brown. 

Baca Juga: Ternyata, Pemakaman Korban Black Death Dilakukan Secara Hati-hati