Ilmuwan Mencoba Mencegah Malaria dengan Rekayasa Genetik Nyamuk

By Eric Taher, Selasa, 3 Agustus 2021 | 18:00 WIB
Nyamuk Anopheles freeborni yang sedang mengisap darah manusia. (Public Domain)

Dalam observasinya, para peneliti melihat terjadinya penyebaran gen mutasi yang sangat pesat. Akan tetapi,  jumlah telur yang dibiakkan belum mengalami penurunan signifikan para beberapa bulan pertama. Barulah setelah tujuh bulan, jumlah telur dan populasi nyamuk menyusut drastis. Populasi nyamuk ini akhirnya habis dalam kurun waktu 10-11 bulan.

Para peneliti juga menemukan bahwa nyamuk mutan ini juga mampu bertahan hidup di tengah populasi nyamuk liar. Baik nyamuk mutan maupun liar sama-sama memiliki jangka hidup sekitar 5-12 hari.

"Ini adalah sesuatu yang tidak pernah tercapai sebelumnya," kata Hammond, "sebuah mutasi genetik yang dilepas mampu menumpas seluruh populasi dalam setahun tanpa intervensi lebih lanjut dari manusia."

Para peneliti lain merespons hasil penelitian ini. Seperti dilansir dari NPR, perilisan nyamuk mutan ke alam liar mengundang pro dan kontra.

Baca Juga: Nyamuk Gemar Menghisap Darah Orang Tertentu? Benarkah Gen Penyebabnya?

Kandang nyamuk yang menjadi area simulasi di Italia. (Imperial College London/Nature Communications)

 

"Menurut saya, penggunaan nyamuk mutan seperti ini akan efektif dalam menangkal malaria dan penyakit dari hewan lainnya," ujar Jeantine Lunshof, bioetikawan di Wyss Institute for Biologically Inspired Engineering, sebuah cabang institut dari Harvard University. "Manfaatnya akan sangat besar, dan saya tidak merasa ini akan mempunyai efek samping yang signifikan," lanjutnya.

Sementara itu, opini yang berseberangan juga datang dari Afrika. "Gagasan ini cukup meresahkan bagi saya," ungkap Nnimmo Bassey, kepala organisasi lingkungan Health of Mother Earth Foundation di Nigeria. "Para nyamuk ini memiliki kemungkinan untuk mengganggu keseimbangan ekosistem kita, yang sangat sulit diprediksi dampaknya."

Hammond sendiri mengakui bahwa dibutuhkan analisis terhadap risiko dampak lingkungan yang akan muncul ke depannya. Ia juga melihat kebutuhan akan evaluasi lebih lanjut terhadap rekayasa genetik yang telah dilakukan.

Jika semuanya lancar, maka percobaan lapangan dapat dilakukan dalam beberapa tahun ke depan. "Dalam sepuluh tahun mungkin kita dapat melepas beberapa nyamuk ini ke situs percobaan di Burkina Faso," pungkas Hammond kepada The Guardian.

Baca Juga: Mikroplastik Bisa Masuk ke Rantai Makanan Manusia Melalui Nyamuk