Sains Terbaru, Pembangkit Listrik Bertenaga Keringat Jari Manusia

By Eric Taher, Senin, 2 Agustus 2021 | 19:00 WIB
(Lu Yin/UC San Diego Jacobs School of Engineering)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda terbayang untuk membangkitkan listrik dari tubuh Anda sendiri? Di masa kini, sudah muncul berbagai teknologi seperti sepeda pembangkit listrik. Akan tetapi, pembangkit listrik seperti ini membutuhkan dedikasi besar untuk membangkitkan listrik.

Untuk itu, para peneliti dari University of California, San Diego (UCSD) menciptakan sebuah perangkat pembangkit listrik bertenaga keringat jari manusia. Alat ini berbentuk seperti sel surya kecil yang dapat dipasang seperti plester di setiap ujung jari tangan.

Tidak banyak yang tahu, bahwa jari tangan manusia merupakan bagian yang paling sering berkeringat, seperti dilansir SciTechDaily. Hal tersebut tidak lepas dari banyaknya kelenjar keringat di bawah setiap permukaan jari, yang bahkan jauh lebih banyak dari ketiak. Mereka dapat menghasilkan 100 hingga 1000 kali lebih banyak keringat dibandingkan bagian tubuh lainnya.

"Ujung jari kita selalu terekspos ke udara. Keringat dari sana lebih mudah menguap sehingga kita tidak merasakannya," ungkap Lu Yin, pelajar doktoral nanoteknik di UCSD. "Jadi dibanding membiarkannya menguap, perangkat kami dapat mengumpulkan keringat ini untuk membangkitkan listrik," lanjutnya.

Temuan ini dipublikasikan melalui journal Joule pada 13 Juli 2021. Dalam jurnal tersebut, "sel keringat" dianggap sebagai alat paling efisien untuk membangkitkan listrik dari tubuh manusia. Melalui eksperimen selama 10 jam terhadap subjek yang sedang tidur, didapati bahwa sel keringat ini dapat menghasilkan listrik sebesar 300 milijoule (mJ) per jari. Selain itu, melalui eksperimen terhadap subjek yang menggunakan komputer selama satu jam, sel keringat ini dapat menghasilkan 30 milijoule.

"Bisa dibilang, listrik ini dapat dihasilkan tanpa melakukan apa-apa," ungkap Joseph Wang kepada SciTechDaily. Wang adalah profesor nanoteknik UCSD yang turut berpartisipasi dalam proyek ini.

Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Cara Sederhana Mengubah Air Laut Menjadi Air Minum

Sel ini dapat digunakan untuk memberi daya kepada sensor vitamin C, salah satu alat penting untuk dunia medis. (Lu Yin/UC San Diego Jacobs School of Engineering)

Untuk mengekstrak keringat, alat ini menggunakan busa berbahan tabung nano karbon. Busa ini dilengkapi dengan enzim lipoksigenase (LOx) sebagai anode dan platina sebagai katode. Enzim LOx ini nantinya akan mengambil elektron dari asam laktat yang menjadi komponen keringat. Elektron inilah yang kemudian dialirkan sebagai listrik dari anode ke katode platina.

Nantinya, sel keringat ini dapat digunakan sebagai alternatif yang efisien terhadap alat-alat penting yang dipakai di tubuh manusia. Mereka dapat digunakan untuk memberi daya terhadap gelang pendeteksi glukosa untuk penderita diabetes dan pendeteksi detak jantung.

Meskipun demikian, listrik yang dihasilkan masih jauh di bawah kebutuhan listrik dari ponsel saat ini. "Saat ini, alat kami baru menghasilkan daya pada 0,1-1 miliwatt, sementara ponsel mengonsumsi 1.000-10.000 miliwatt," kata Yin kepada Inverse.

Baca Juga: Begini Cara Mengejutkan Hewan-Hewan Alam Liar yang Gunakan Listrik

 

Cara kerja dari sel keringat. Enzim LOx Akan berperan sebagai anode, yang mengolah keringat menjadi elektron yang dialirkan ke katode platina. (UC San Diego Jacobs School of Engineering)

 

Dalam 10 jam tidur, alat ini dapat menghasilkan listrik hingga 300 milijoule. (Jong-Min Moon/UC San Diego Jacobs School of Engineering)

Baca Juga: Meteorit Untuk Pertama Kalinya Ditemukan Dapat Menghantarkan Listrik

Ke depannya, para peneliti ini hendak meningkatkan efisiensi dan daya tahan sel keringat ini. Seperti dilansir dari New Scientist, enzim yang digunakan sangat cepat untuk rusak dan tidak dapat digunakan lagi setelah dua minggu pemakaian. Yin melihat bahwa sel keringat ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan enzim yang lebih stabil.

"Tujuan kami adalah untuk membuat alat ini menjadi alat yang praktis," kata Yin. Kepada SciTechDaily, ia mengungkapkan bahwa mereka berharap bahwa alat ini dapat benar-benar digunakan untuk kehidupan sehari-hari. 

Wang sendiri optimis melihat perkembangan teknologi ini. Ia melihat bahwa ini baru merupakan awal dari pembangkit listrik serupa.

"Kita memiliki sepuluh jari yang dapat dipakai," ujar Wang, "dan kita melihat banyak potensi yang menarik."

Baca Juga: Warga Teluk Semanting Senang Tenaga Surya Penuhi Kebutuhan Listrik