Burung dan Mamalia Lebih Berpeluang Selamat dari Perubahan Iklim

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 2 Agustus 2021 | 21:00 WIB
Cenderawasih—kelurga Paradisaeidae. Bulu burung asal Papua ini memiliki beberapa pigmen hitam paling gelap di dunia. Untuk menarik pasangan, mereka membalik bagian dari bulu punggung mereka yang disebut jubah mereka dan menari setengah lingkaran. (Tim Laman/National Geographic)

 

“Memahami mekanisme di mana persyaratan abiotik dan biotik spesies, atau relung ekologi, berubah dari waktu ke waktu adalah isu sentral dalam biologi evolusioner,” ungkap Rolland. “Evolusi relung (niche evolution) iklim kurang dipahami baik pada skala makroekologi maupun makroevolusi.”

Meskipun merekonstruksi relung masa lalu selalu menjadi perhatian utama bagi ahli paleontologi dan ahli biologi evolusi, hanya sedikit penelitian terbaru yang berhasil menentukan faktor-faktor yang memengaruhi evolusi relung.

Evolusi relung memiliki implikasi penting untuk banyak topik dalam ekologi, evolusi, dan konservasi. Relung iklim mencerminkan set suhu dan kondisi curah hujan di mana suatu spesies hidup. Dengan demikian, spesialisasi pada serangkaian kondisi iklim yang terbatas dapat menjadi penting untuk memahami pola biogeografi, kekayaan spesies, struktur komunitas, spesiasi alopatrik, penyebaran spesies invasif, dan respons terhadap perubahan iklim.

Baca Juga: Mengapa Hanya Burung Yang Tersisa dari Era Kepunahan Dinosaurus?

Perbandingan antara dinosaurus yang mirip unggas dengan burung moderen. (John Conway)

 

Rolland dan timnya membandingkan evolusi relung iklim di empat kelompok utama vertebrata darat menggunakan pendekatan pemodelan. Pendekatan mereka mengintegrasikan data paleontologis dan neontologis, dan kumpulan data skala besar yang berisi informasi tentang distribusi saat ini, hubungan filogenetik, dan catatan fosil untuk total 11.465 jenis.

Mereka merekonstruksi pergeseran historis dalam rentang geografis dan relung iklim. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi secara signifikan lebih cepat pada endoterm (burung dan mamalia) daripada di ektoterm (squamate dan amfibi). Spesies yang mampu bertahan bukan spesies terkuat atau terbesar, melainkan spesies yang mempu beradaptasi.

Penemuan ini sangat penting. Sebab, pengetahuan mengenai kepunahan di masa lalu dan evolusi spesies bisa membantu kita mengetahui bagaimana perubahan iklim akibat ulah manusia mempengaruhi keanekaragaman hayati yang ada di Bumi.

Baca Juga: Fosil Ini Ungkap Kelompok Mamalia Purba dan Terbelahnya Benua Pangaea