Tim peneliti mengatakan, sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid besar menghantam semenanjung Yucatan. Puing-puing di atmosfer membuat suhu di Bumi lebih dingin. Tabrakan itu memusnahkan disnosaurus, mulai dari triceratops hingga T-Rex.
Hewan berdarah panas, pada akhinya bisa selamat dan bertahan hidup karena mereka tidak lagi menjadi mangsa dinosaurus.
Saat ini, kepunahan massal lain yang disebabkan oleh pemanasan global sedang mengancam bumi. Ini pertama kalinya sejak dinosaurus punah, dan yang keenam dalam sejarah Bumi. Faktanya, spesies menjadi lebih cepat punah 100 kali lipat dibanding pada masa sebelum revolusi industri.
Baca Juga: Spesies Ikan Berjalan yang Singkap Misteri Evolusi Vertebrata Darat
Rolland dan rekan-rekannya meneliti data genetik dan catatan fosil untuk merekonstruksi lokasi di mana hewan-hewan berkembang selama 270 juta tahun terakhir. Dan pada suhu berapa mereka bisa tetap hidup.
Ketika Bumi yang nyaman perlahan menjadi dingin sekitar 40 tahun yang lalu, burung dan mamalia berhasil bergerak dan beradaptasi di habitat baru mereka. Namun, hal itu tidak terjadi pada hewan berdarah dingin.
Mungkin, hal ini juga yang menjadi alasan mengapa hanya ada sedikit amfibi dan reptil yang bisa dilihat di tempat beriklim sedang dan Antartika. Meskipun tekanan lingkungan bisa membuat mereka beradaptasi juga, tetapi itu akan memakan waktu yang lama.
Baca Juga: Sains Bumi: Perubahan Medan Magnet Bumi Berdampak pada Kehidupan Purba
Hewan berdarah panas masuk ke dalam kelompok yang disebut endoterm. Mereka bisa mengatur suhu tubuh, menjaga agar bagian bawah tubuh dan embrio tetap hangat, serta meningkatkan peluang bertahan hidup. Kelompok yang meliputi mamalia dan burung ini bisa hibernasi atau bermigrasi dengan cara yang lebih mudah dibanding eksoterm.
Eksoterm merupaka kelompok di mana hewan berdarah dingin berada. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh lingkungan.